Provokator, Turki Perpanjang Pertumpahan Darah di Nagorno-Karabakh
Tangkapan video yang dirilis para 27 September 2020 oleh Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan tank dan personel militer Azerbaijan selama serangan di wilayah Nagorno-Karabakh. (Foto: Kementerian Pertahanan Armenia/Handout/Reuters)
Berita Internasional > Provokator, Turki Perpanjang Pertumpahan Darah di Nagorno-Karabakh
Korbantewas sipil terus meningkat di lokasi konflik Armenia-Azerbaijan, Nagorno-Karabakh, namun Turki malah terus menyulut api.
Lebih dari 1.000 orang telah terbunuh sejak meletusnya kekerasan dalam konflik Nagorno-Karabakh pada 27 September. Harapan untuk mengakhiri pertumpahan darah selama hampir sebulan atas wilayah sengketa ini tampak suram, seiring para aktor regional terus melibatkan diri mereka dalam konflik tersebut.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah milik Azerbaijan berdasarkan hukum internasional tetapi diperintah dan dihuni oleh etnis Armenia. Meskipun bentrokan telah umum terjadi di sepanjang garis depan wilayah ini selama bertahun-tahun, tingkat kekerasan kali ini belum terlihat sejak 1990, ketika perang etnis skala penuh meletus.
Berkobarnya kembali perjuangan tiga puluh dua tahun Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh sebagian dipicu oleh ambisi regional Turki. Dukungan Ankara untuk Baku tidak mengherankan, karena kedua negara memiliki hubungan budaya yang erat dan warisan Turki. Turki dan Armenia, bagaimanapun, memiliki sejarah konflik yang panjang.
Tangkapan layar video yang dirilis pada 28 September 2020 oleh Kementerian Pertahanan Azerbaijan menunjukkan anggota angkatan bersenjata Azeri menembakkan artileri selama bentrokan antara Armenia dan Azerbaijan di atas wilayah Nagorno-Karabakh di lokasi yang tidak dikenal. (Foto: Kementerian Pertahanan Azerbaijan/Handout/Reuters)
Konflik berasal dari setidaknya Perang Dunia I ketika orang-orang Armenia dibantai dan diusir dari Turki selama jatuhnya Kekaisaran Ottoman, yang diakui oleh banyak orang saat ini sebagai Genosida Armenia. Bertahun-tahun penganiayaan dan sejarah yang kacau telah menyebabkan militer Armenia mempertahankan wilayah Nagorno-Karabakh.
Turki telah menggunakan tentara bayaran, propaganda, bantuan militer, dan ekspor senjata untuk membantu mendorong Azerbaijan berperang dengan Armenia. Ekspor militer Ankara ke Azerbaijan meningkat secara dramatis pada tahun lalu. Menurut data ekspor, penjualan drone, amunisi, dan senjata lainnya naik menjadi lebih dari US$76 juta pada bulan sebelum ketegangan meningkat di wilayah Nagorno-Karabakh.
Selain itu, Azerbaijan memperoleh US$123 juta dalam teknologi militer dan penerbangan dari Turki pada awal 2020. Ankara dan Baku juga mengadakan latihan militer gabungan antara 29 Juli dan 5 Agustus tahun ini. Jelas, kedua negara telah melakukan koordinasi militer yang erat.
Selain ekspor senjatanya yang meningkat, Turki menggunakan perangkat media pemerintahnya untuk membuat laporan palsu tentang “ancaman” dari Armenia sebelum gejolak di Nagorno-Karabakh. Sumber media arus utama di Ankara menggembar-gemborkan berita utama yang mengklaim Armenia telah membantu transfer teroris PKK (Partai Pekerja Kurdistan) dari Suriah dan Irak ke wilayah Nagorno-Karabakh. Narasi “ancaman PKK” telah lama dimainkan Turki untuk membenarkan operasi militannya di seluruh dunia.
Kontribusi Ankara dalam konflik Azerbaijan-Armenia tidak terbatas pada penjualan senjata dan koordinasi militernya dengan Baku. Bukti bahwa Turki menggunakan pemberontak Suriah untuk melawan perang proksi semakin kuat. Milisi yang didukung Turki telah dikerahkan ke Suriah, Libya, dan yang terbaru Azerbaijan. Di Libya, Rusia dan Turki menggunakan tentara bayaran Suriah yang disewa sebagai proksi untuk bertempur di sisi berlawanan dalam perang saudara.
Mayoritas tentara bayaran Suriah di Libya dipekerjakan oleh Turki, yang mendukung milisi yang berjuang untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dari kekuasaan di Suriah. Pada saat yang sama, perusahaan keamanan terkait Rusia di Libya menggunakan unit Suriah yang bersekutu dengan Assad. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggunakan pejuang proxy ini sebagai sarana untuk secara paksa memasukkan Ankara ke dalam konflik regional.
Apalagi, dalam setahun terakhir, Turki telah melanggar kedaulatan Israel, Libia, Irak, Suriah, dan Yunani. Komunitas internasional telah mengutuk perambahan teritorial Turki pada banyak kesempatan. Skenario serupa sedang terjadi di Nagorno-Karabakh hari ini.
Pada 21 Oktober, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay berjanji akan memberikan dukungan militer penuh untuk Azerbaijan jika diperlukan. Oktay juga mengecam upaya internasional untuk meredam eskalasi konflik di Nagorno-Karabakh. OSCE Minsk Group, yang terdiri dari Amerika Serikat, Prancis, dan Rusia, dibentuk untuk membantu menengahi konflik.
Pejabat Turki, bagaimanapun, mengklaim kelompok ini secara aktif mendukung Armenia. Menanggapi teguran Turki, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengeluarkan pernyataan yang menyoroti keterlibatan jahat Ankara dalam konflik tersebut. Dia mencatat para pejuang yang didukung Turki “menyediakan sumber daya ke Azerbaijan, meningkatkan risiko dan daya tembak” yang hanya menyempurnakan pertempuran.
Seiring kekerasan terus meningkat, prospek penyelesaian damai konflik Nagorno-Karabakh menjadi redup. Selama Turki melanjutkan keterlibatan jahatnya dalam perjuangan tersebut, gencatan senjata tidak akan mungkin dipertahankan dan jumlah korban tewas akan terus meningkat.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Aziza Larasati
Keterangan foto utama: Tangkapan video yang dirilis para 27 September 2020 oleh Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan tank dan personel militer Azerbaijan selama serangan di wilayah Nagorno-Karabakh. (Foto: Kementerian Pertahanan Armenia/Handout/Reuters)
Provokator, Turki Perpanjang Pertumpahan Darah di Nagorno-Karabakh