Kapan Akan Ada Vaksin untuk Virus Corona?
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Bau Amis Status Negatif Corona di Indonesia

Berita Internasional > Bau Amis Status Negatif Corona di Indonesia

Pemerintah menyatakan virus corona belum masuk dan menyebar ke Indonesia. Indonesia masih menjadi negara yang aman dari penyebaran virus corona. Namun, ketika diketahui sejumlah pasien terduga virus corona meninggal dunia, masyarakat mulai meragukan pernyataan pemerintah.

Masyarakat mulai cemas dan menganggap pemerintah tidak jujur dalam menyampaikan fakta terkait virus corona di Indonesia. Salah satu kasus yang picu keraguan itu adalah meninggalnya pasien terduga virus corona di Semarang, yang tidak diungkapkan identitas serta penyebab kematiannya.

Sebagaimana dilaporkan Kumparan, seorang pasien di RSUP dr. Kariadi Kota Semarang, yang dirawat di ruang isolasi karena terduga terjangkit virus corona, meninggal dunia, Minggu (23/2) lalu. Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr. Kariadi, Agoes Oerip Poerwoko, menyatakan pasien yang meninggal itu bukan karena terpapar virus corona atau Covid-19.

Atas nama kode etik, Agoes sendiri sengaja merahasikan identitas pasien itu. Ia hanya menjelaskan, pasien tersebut dirujuk ke RSUP dr Kariadi pada 9 Februari. Pasien saat itu datang dengan keluhan sesak napas atau pneumonia dan demam.

Baca Juga: Daftar Negara Timur Tengah yang Terjangkit Virus Corona

“Pasien laki-laki, usia 37 tahun. Dia riwayat perjalanan dari Spanyol transit Dubai, masuk Indonesia tanggal 12 Februari, lalu 17 Februari dirawat di rumah sakit daerah kemudian tanggal 19 dirujuk dan masuk ke sini,” kata Agoes.

Selama penanganan, kata Agoes, pasien diperlakukan persis seperti yang pernah dilakukan saat simulasi. Pasien masuk ke ruang isolasi IGD, kemudian dirawat di ruang isolasi ICU karena pasien membutuhkan alat bantu napas.

Selama penanganan itu pula, petugas yang menangani pasien secara langsung tidak diperbolehkan keluar masuk dari ruang isolasi untuk pengendalian dan pencegahan infeksi terhadap lingkungan sekitar.

Terkait proses pemakaman, Muhadjir menegaskan, prosesnya sudah dilakukan sesuai prosedur. Pasien yang meninggal karena penyakit infeksi memang harus dibungkus dengan plastik rangkap, lalu dimasukkan ke peti sebagai antisipasi pencegahan penyebaran virus.

Ia sendiri membantah bahwa pihak rumah sakit menutup-nutupi penyebab meninggalnya pasien tersebut.

“Itu memang prosedur terhadap mereka yang meninggal karena penyakit itu, tapi dipastikan bukan corona, memang sejak dulu sudah ada prosedurnya. Enggak ada (tertutup), kami terbuka,” terang Muhadjir.

Menjadi pertanyaan besar saat pihak rumah sakit maupun pemerintah menyembunyikan identitas pasien serta penyebab kematiannya. Bahkan, Muhadjir dengan terus terang sengaja merahasiakan informasi itu. Padahal, masyarakat perlu mengetahui kebenarannya.

Apalagi, sempat ada kabar, WN Jepang terpapar virus corona usai mengunjungi Indonesia.

Seperti diberitakan Kompas, Minggu (23/2), pasien WN Jepang yang dinyatakan positif virus corona adalah pria berusia 60-an tahun yang bekerja sebagai staf fasilitas perawatan lansia.

Pria ini sempat mengunjungi sebuah institusi kesehatan pada 12 Februari 2020 setelah mengalami “gejala-gejala seperti flu”. Setelah diperiksa, ia kembali ke rumah karena tidak didiagnosis mengidap pneumonia.

Dua hari berikutnya, 13 Februari dan 14 Februari 2020, ia kembali bekerja dan berada di rumah. Sehari setelahnya, 15 Februari 2020, pria itu berkunjung ke Indonesia bersama keluarganya dalam rangka liburan.

Beberapa hari di Indonesia, pria itu kembali ke Jepang pada 19 Februari 2020, dan mengalami kesulitan bernapas yang parah dan disebut mengalami “kondisi serius”.

Menanggapi hal itu, masih dari sumber sama, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan ( Kemenkes) Achmad Yurianto menegaskan virus yang menular kepada pria berusia 60 tahun asal Jepang merupakan SARS CoV-2 atau virus corona tipe II, yang berbeda dengan COVID-19 yang menjadi wabah saat ini.

Yuri mengakui jika penjelasannya berbeda dengan penjelasan dari informasi resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sehingga, ada dua pemahaman dalam hal ini. Kemenkes sendiri, kata dia, tidak mempersoalkan perbedaan ini.

“Kami tidak mempersoalkan ini beda apa enggak. Bagi kami, soal kewaspadaannya (yang penting),” tegas Yuri.

Baca Juga: 6 Langkah Persiapan Hadapi Penguncian Virus Corona

Sementara itu, dalam situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), COVID-19 adalah nama penyakit yang sedang mewabah saat ini. Adapun SARS-COV-2 adalah nama virus yang menyebabkan COVID-19.

Kemudian, virus corona adalah kelompok virus yang menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari batuk pilek biasa hingga SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).

Untuk kelompok baru yang belum pernah diidentifikasikan sebelumnya pada manusia, diberikan istilah novel virus corona (nCOV) seperti nama lama SARS-CoV-2, yaitu 2019-nCOV.

WHO menjelaskan, virus memang seringkali memiliki nama yang berbeda dengan penyakit yang disebabkan. Sebagai contoh, HIV adalah nama virus yang menyebabkan penyakit AIDS. Virus diberi nama berdasarkan struktur genetikanya untuk memfasilitasi perkembangan tes diagnostik, vaksin, dan pengobatan.

Pemahaman yang berbeda itu menjadi tanda tanya untuk kita semua terkait kebenaran virus corona di Indonesia.

 

Penulis: Virdika Rizky

Editor: Purnama Ayu

Keterangan foto utama: Tabung reaksi dengan label nama virus corona terlihat dalam ilustrasi ini yang diambil pada 29 Januari 2020. (Foto: Reuters)

Bau Amis Status Negatif Corona di Indonesia

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top