COVID-19
Asia

Belajar dari Singapura Bagaimana Tangani COVID-19

Pemandangan Singapura. (Foto: Reuters)
Berita Internasional > Belajar dari Singapura Bagaimana Tangani COVID-19

Kita mungkin perlu belajar dari Singapura (dan militernya) mengenai bagaimana menangani wabah COVID-19. Angkatan Bersenjata Singapura tidak hanya melakukan tugas-tugas penting. Kehadiran mereka adalah bagian yang kuat dari pertahanan psikologis bangsa melawan penyakit ini.

Penyebaran virus corona baru dan penyakitnya, COVID-19, telah membawa dampak signifikan bagi perdagangan dan perjalanan global. Seiring berbagai pemerintah berupaya menangani kasus COVID-19 yang meningkat, satu respons negara telah memenangkan pujian internasional.

Sebagai kota global dengan udara dan pelabuhan terkemuka di dunia, Singapura melihat jutaan pelancong melewati negara berpenduduk padat ini dengan 5,6 juta orang setiap tahun. Sejak kasus pertama COVID-19 ditemukan di Singapura pada 23 Januari 2020, telah ada 509 kasus penyakit kumulatif pada 22 Maret, di mana 152 di antaranya telah dinyatakan sembuh. Dua kematian pertama dicatat pada 21 Maret.

Mari kita tengok tanggapan Singapura, termasuk bagaimana militer Singapura berkontribusi terhadap penyebaran COVID-19, tulis Vivian Ng di The Diplomat.

Baca juga: Efektifkah Pemerintah Indonesia Tangani Wabah Virus Corona?

Pada 2 Januari 2020, Departemen Kesehatan Singapura (MOH) mengeluarkan nasihat kesehatan pertamanya terkait dengan virus corona yang baru. Pemeriksaan suhu di Bandara Internasional Changi Singapura diumumkan. Ini diikuti oleh pembaruan hampir setiap hari, yang menunjukkan bahwa Departemen Kesehatan mewaspadai situasi yang berkembang di Wuhan, China, di mana pandemi itu muncul.

Seiring situasi di Wuhan terus berkembang, pemeriksaan suhu di Bandara Changi diperluas bersama dengan keputusan untuk mengisolasi kasus-kasus potensial. Kasus COVID-19 lokal pertama ditemukan pada 23 Januari, memulai pelacakan kontak dan langkah-langkah lebih lanjut untuk mendeteksi kasus COVID-19 dan mencegah penyebarannya di Singapura.

Langkah-langkah ini termasuk perluasan penyaringan ke pelabuhan, isolasi kasus potensial tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di asrama universitas, distribusi masker ke masyarakat umum, dan pelarangan wisatawan dari negara-negara dengan kasus COVID-19 yang luas.

Singapura melanjutkan pendekatan seluruh pemerintahnya dalam menanggulangi masalah dan menjangkau masyarakat, dengan nasihat tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk melindungi diri mereka sendiri dan membatasi penyebaran penyakit.

Respons cepat Singapura telah mengakibatkan penyebaran COVID-19 yang lambat di negara kota yang padat ini. Singapura telah mendapatkan pujian internasional seiring COVID-19 terus menyebar di seluruh dunia.

Para pelanggan menikmati hidangan dan duduk berjauhan di pusat kuliner kaki lima di Singapura, Rabu, 18 Maret 2020. Deretan kursi diselang-seling dan ditandai dengan selotip merah untuk membatasi jarak duduk antar individu sebagai salah satu pencegahan penyakit COVID-19. (Foto: AFP/Catherine Lai)

Keberhasilan Singapura dapat dikaitkan sebagian dengan langkah-langkah efektif yang dilakukan oleh gugus tugas multi-kementerian yang didirikan untuk berurusan dengan COVID-19. Faktor lain adalah upaya pemerintah Singapura untuk menghilangkan rasa takut, seperti ketika pemerintah melangkah untuk meyakinkan publik tentang persediaan kebutuhan selama periode singkat panic buying.

Sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meyakinkan publik, Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) (militer Singapura) dipanggil untuk mendukung distribusi masker medis kepada publik. Sebuah tim yang terdiri dari 1.500 anggota SAF bekerja sepanjang waktu untuk mengemas masker medis sehingga mereka dapat diangkut ke pusat-pusat distribusi di seluruh Singapura tepat waktu, untuk mulai distribusi pada 1 Februari. Personel SAF juga membantu memantau penumpang di Bandara Changi dan membuat panggilan telepon untuk mendukung pelacakan kontak.

Ini bukan pertama kalinya SAF dipanggil untuk membantu dalam krisis dalam negeri. Selama wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada 2003, personel medis SAF dikerahkan untuk membantu dalam skrining medis di Bandara Changi. SAF juga dikerahkan untuk melakukan pelacakan kontak.

Ketika kebakaran hutan yang meluas di Indonesia mengakibatkan kabut tebal di wilayah tersebut, termasuk Singapura, SAF ditugaskan untuk mendistribusikan 200.000 masker ke rumah-rumah yang rentan, lanjut Vivian Ng.

Dalam hal efisiensi, SAF adalah pilihan yang jelas bagi pemerintah Singapura selama krisis nasional tersebut. SAF adalah kekuatan tetap yang sudah diorganisasikan dalam tim dengan rantai komando yang jelas. Ini berarti SAF dapat dengan mudah dikonfigurasikan ke dalam beberapa unit skala yang berbeda untuk berbagai misi.

Rantai komando memungkinkan informasi dan perintah untuk dengan mudah mengalir naik, turun, dan lintas unit, memungkinkan SAF secara keseluruhan untuk merespons dengan cepat, efektif, dan fleksibel terhadap berbagai misi yang ditugaskan.

Karakteristik militer inilah yang memungkinkan mereka untuk dikerahkan secara efektif untuk berbagai operasi selain perang, termasuk bantuan bencana (seperti selama tsunami Boxing Day Desember 2004 dan Gempa Bumi Jepang Timur Besar Maret 2011) dan patroli anti-pembajakan (termasuk yang di Selat Malaka dan Teluk Aden).

Aspek lain tentang penyebaran SAF adalah visibilitasnya. Para petugas berseragam menarik perhatian, dan melihat petugas berseragam militer membantu dalam menyampaikan pesan yang sangat jelas: pemerintah mengambil tindakan.

Ini meyakinkan publik, dan dalam kasus SAF, pesan ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa SAF sebagian besar merupakan pasukan wajib militer. Mayoritas SAF terdiri dari wajib militer—putra, saudara lelaki, ayah, dan suami warga Singapura.

Penempatan SAF bukan hanya tentang komitmen pemerintah untuk mengatasi krisis; dengan melibatkan rakyat biasa Singapura di SAF yang sebagian besar wajib militer, ini juga menyampaikan pesan bahwa seluruh bangsa bersatu dalam mengatasi kesulitan yang sama, Vivian Ng memaparkan.

Baca juga: Gagap Asia Tenggara Usai Remehkan Corona

Selain krisis kesehatan masyarakat, contoh-contoh masa lalu seperti upaya penyelamatan setelah runtuhnya Hotel New World pada 1986 telah menunjukkan efektivitas misi SAF dan dampak psikologis penyebarannya. Contoh baru-baru ini dari penyebaran seperti itu di luar Singapura dapat dilihat dalam penempatan Garda Nasional untuk membantu dalam zona penahanan yang didirikan di kota New Rochelle di Amerika Serikat.

Pentingnya pertahanan psikologis dapat dilihat dalam pidato oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong kepada negara pada 12 Maret 2020. Dalam pidatonya, ia menekankan aspek psikologis perjuangan melawan COVID-19. Dia meyakinkan publik tentang kemampuan pemerintah Singapura untuk tetap mengendalikan situasi, dengan menyoroti langkah-langkah yang diambil sejauh ini serta persiapan yang dilakukan untuk masa depan.

Dengan menunjukkan kemungkinan lonjakan kasus di masa mendatang, ia mempersiapkan masyarakat jika situasinya memburuk di Singapura. Persiapan mental seperti itu melalui pembentukan pola pikir berkontribusi terhadap ketahanan psikologis keseluruhan di tingkat nasional.

Walau ketahanan psikologis tidak akan menyelesaikan krisis kesehatan ini, namun itu mencegah masalah memburuk berdasarkan tindakan yang mungkin diambil masyarakat jika ada kepanikan dan ketakutan yang meluas, menurut Vivian Ng.

Singapura telah menunjukkan keefektifan tindakan cepat dan tegas oleh pemerintah suatu negara dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular. Di luar aspek kesehatan, bagaimanapun, adalah pelajaran bahwa pertahanan psikologis merupakan faktor penting untuk mencegah krisis diperburuk oleh publik yang dilanda panik dan ketakutan.

Efektivitas SAF yang sebagian besar merupakan wajib militer (kumpulan tenaga kerja yang terdiri dari rakyat biasa Singapura yang setiap hari dilatih untuk dapat beradaptasi dan kapabel) dalam menjalankan misi yang ditugaskan, tidak hanya berkontribusi langsung ke arah penanggulangan penyebaran COVID-19, tetapi juga keterlibatan militer yang memiliki efek psikologis yang meyakinkan yang membangun ketahanan psikologis, Vivian Ng menyimpulkan.

Diharapkan bahwa pelajaran seperti itu dapat diadaptasi oleh pemerintah lain dalam perjuangan melawan COVID-19.

 

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Pemandangan Singapura. (Foto: Reuters)

Belajar dari Singapura Bagaimana Tangani COVID-19

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top