Perang Harga Minyak
Global

Benarkah Arab Saudi Memata-matai Warganya di Amerika Serikat?

Berita Internasional > Benarkah Arab Saudi Memata-matai Warganya di Amerika Serikat?

Arab Saudi dituduh mengeksploitasi kerentanan dalam jaringan telekomunikasi untuk melacak warga negaranya di luar negeri.

Berikut ini beberapa informasi terbaru tentang semua berita penting non-virus yang mungkin terlewatkan selama pandemi COVID-19.

Arab Saudi dicurigai memata-matai warga negaranya di Amerika Serikat. Sementara ketegangan AS-Iran kian berkobar, kelompok-kelompok teroris ekstremis memanfaatkan kekacauan yang disebabkan oleh wabah virus corona baru.

Kebocoran ungkapkan Saudi melacak warga negaranya di AS

Arab Saudi tampaknya telah memanfaatkan kelemahan dalam jaringan telekomunikasi global untuk melacak pergerakan warga negaranya yang bepergian ke Amerika Serikat, menurut jutaan permintaan data yang bocor ke The Guardian dan diterbitkan pekan lalu. Selama periode empat bulan yang dimulai pada November 2019, operator telepon seluler terbesar di Arab Saudi mengirimkan jaringan telepon seluler AS rata-rata gabungan 2,3 juta permintaan untuk data lokasi para penggunanya setiap bulan.

Permintaan tersebut dikirim melalui sistem sinyal SS7, yang memungkinkan operator seluler berbagi informasi untuk tujuan yang sah seperti menghitung biaya roaming internasional. Para ahli mengatakan kepada The Guardian, volume permintaan menunjukkan sistem sedang dieksploitasi untuk melacak pergerakan warga negara. Dengan permintaan yang dikirim sesering 13 kali per jam, data dapat digunakan untuk menunjukkan dengan tepat lokasi pengguna ponsel di dalam beberapa blok kota.

Pola pengawasan

Arab Saudi telah berulang kali menggunakan spyware untuk memantau telepon seluler milik para kritikusnya. Seorang pembangkang Saudi yang dekat dengan mendiang wartawan Jamal Khashoggi mengajukan gugatan pada 2018 mengklaim spyware Pegasus, yang dikembangkan oleh perusahaan perangkat lunak NSO Group Israel, telah digunakan oleh badan intelijen Saudi untuk memantau percakapan para pembangkang dengan kolumnis The Washington Post yang terbunuh itu.

Andrew Miller, anggota Dewan Keamanan Nasional (NSC) selama pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, menyatakan kepada The Guardian, kebocoran itu mengindikasikan Arab Saudi mungkin telah melampaui sekadar melacak para pembangkang.

“Saya pikir mereka mengawasi tidak hanya orang-orang yang mereka kenal sebagai pembangkang, tetapi juga pihak-pihak yang mereka khawatirkan mungkin menyimpang dari kepemimpinan Saudi. Mereka khususnya khawatir tentang apa yang akan dilakukan warga negara Saudi ketika mereka berada di negara-negara Barat.”

Akankah hal ini memicu langkah untuk mengakhiri kerentanan dalam sistem pensinyalan SS7? Solusi itu sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Para anggota parlemen AS dan peneliti telah menyuarakan kekhawatiran selama bertahun-tahun, tetapi hanya sedikit kemajuan yang telah dibuat, seperti yang dilaporkan TechCrunch.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran

Pada Rabu (1/4) lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan Iran dan proksi-proksinya sedang merencanakan “serangan diam-diam” terhadap pasukan AS di Irak dan berjanji untuk membalas dengan “meningkatkan rantai makanan”. Artinya, ia mungkin secara langsung akan menargetkan pasukan Iran.

Pada hari yang sama, setelah laporan menunjukkan Amerika Serikat telah mengirim rudal pertahanan udara Patriot ke Irak, Kementerian Luar Negeri Iran menuduh AS menjadi “penghasut perang selama wabah”. Pada Kamis (2/4), kepala staf angkatan bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Hossein Bagheri menuturkan setiap provokasi AS akan disambut dengan tanggapan yang sengit.

Sementara itu, The Wall Street Journal mendukung klaim Trump bahwa intelijen AS mengindikasikan Iran atau proksi-proksinya merencanakan serangan serius terhadap pasukan Amerika di Irak. Pada 30 Maret 2020, Esmail Qaani, orang yang menggantikan mendiang Qassem Suleimani sebagai komandan unit elit Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), melakukan perjalanan ke Baghdad untuk mendorong persatuan antara faksi-faksi politik Irak. Terlepas dari pembunuhan Suleimani pada Januari 2020, Iran telah melipatgandakan kehadirannya di Suriah, seperti yang ditulis Anchal Vohra untuk Foreign Policy.

Kelompok ekstremis manfaatkan kekacauan wabah

Bom Nigeria Tewaskan 30 Orang, Diduga Didalangi Militan

Sekelompok pria yang diidentifikasi oleh polisi Nigeria sebagai militan dan pemimpin ekstremis Boko Haram disajikan kepada media, Maiduguri, Nigeria, 18 Juli 2018 (Foto: AP/Jossy Ola).

Kelompok-kelompok teroris militan berupaya menarik lebih banyak pengikut dan merencanakan serangan lebih lanjut ketika dunia berfokus pada perang melawan wabah virus corona baru. Pekan lalu, kelompok Islam militan Nigeria Boko Haram melakukan serangan paling mematikan yang pernah terjadi di negara tetangga Chad, menewaskan sedikitnya 92 tentara. Chad adalah sekutu penting Barat dalam perang melawan terorisme di Afrika, seperti yang dilaporkan Will Brown untuk Foreign Policy.

Di Mali, pemimpin partai oposisi utama Soumaïla Cissé diculik pada akhir Maret 2020 saat bepergian di wilayah utara negara yang dilanda perang itu. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, yang menewaskan pengawal Cissé. Namun, pejuang yang terhubung dengan Al-Qaeda dan ISIS diketahui beroperasi di wilayah itu. Kelompok-kelompok teroris di wilayah Sahel di Afrika Barat memperoleh dukungan ketika Amerika Serikat berupaya mengurangi kehadiran militernya di wilayah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Robbie Gramer dari Foreign Policy.

Korban serangan udara AS

Komando Afrika AS akan mulai mengeluarkan laporan triwulanan tentang dugaan korban sipil yang disebabkan oleh serangan udara Amerika Serikat di Afrika, menurut pernyataan pekan lalu. Pengumuman oleh Komandan Africom Stephen Townsend muncul sehari sebelum laporan dari Amnesty International menuduh Amerika Serikat mengakui “pertanggungjawaban nol” setelah dua warga sipil tewas dan tiga orang lainnya cedera oleh serangan udara AS di Somalia pada Februari 2020.

Selama dekade terakhir, Amerika Serikat telah melakukan ratusan serangan udara terhadap kelompok militan Somalia al-Shabab, tetapi hanya mengakui telah membunuh dua warga sipil. Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan media lokal menunjukkan jumlah korban sipil sebenarnya adalah antara 74 dan 300 jiwa.

Pers Myanmar

Dalam serangan terbaru terhadap jurnalisme di Myanmar, otoritas pemerintah menangkap seorang editor terkemuka dan menuduhnya di bawah undang-undang kontraterorisme negara karena menerbitkan wawancara dengan juru bicara dari kelompok pemberontak Tentara Arakan. Ko Nay Lin, editor Voice of Myanmar berbahasa Inggris dan Burma, dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika ia dinyatakan bersalah karena “secara sadar berpartisipasi dalam kelompok teroris”, menurut Irrawaddy, situs berita independen lokal.

The Committee to Protect Journalists telah meminta pembebasannya segera. “Melaporkan konflik bersenjata tidak sama dengan menjadi teroris,” tegas Shawn Crispin, perwakilan senior organisasi Asia Tenggara itu.

Baca Juga: China Perkuat Pengaruh di Asia Tenggara di Tengah Krisis COVID-19

Tingkat pembunuhan Meksiko

Brutalnya Pembantaian Kartel Meksiko, 9 Warga AS Tewas

Ilustrasi tentara Meksiko yang melakukan pengamanan di negara itu./ Reuters.

Maret adalah bulan paling mematikan di Meksiko sejak mulai dicatat pada 1997, dengan 2.585 pembunuhan. Artinya, 2020 akan menjadi tahun yang paling mematikan. Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador berkampanye pada 2018 dan berjanji untuk mengekang kekerasan dengan mengatasi akar penyebab seperti kemiskinan. Namun, strateginya “pelukan bukan peluru” telah dikritik karena gagal menangani kekuatan geng kriminal yang telah mengakar kuat.

Iuran PBB

PBB kekurangan uang tunai karena negara-negara anggota gagal membayar iuran mereka, menurut Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam sebuah surat kepada negara-negara anggota, seperti yang disaksikan pada Kamis (2/4) oleh The Associated Press. Kekurangan sebanyak US$2,27 miliar, yang diperparah oleh pandemi COVID-19, akan secara serius mengancam kemampuan PBB untuk melakukan tugasnya, ujar Guterres.

Hidangan serangga

Foreign Policy mencatat, belalang, jangkrik, dan belalang akan segera muncul di menu makanan di Uni Eropa karena Otoritas Keamanan Makanan Eropa (EFSA) tampaknya akan menyetujui serangga yang dapat dimakan tergolong aman untuk dikonsumsi manusia. Produk serangga berprotein tinggi, yang saat ini dilarang di Perancis, Italia, Spanyol, dan negara-negara lain, dapat dijual segera setelah musim gugur.

Penggunaan energi terbarukan

Jerman memenuhi lebih dari setengah permintaan listriknya menggunakan energi terbarukan dalam tiga bulan pertama 2020. Hal itu menandai pertama kalinya energi terbarukan menyumbang sebagian besar penggunaan energi selama seperempat penuh. Tonggak sejarah itu dibantu oleh angin kencang dan penurunan permintaan energi karena penutupan wilayah terkait pandemi COVID-19.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman berjabat tangan dengan Trump di Osaka pada 29 Juni. (Foto: AFP)

Benarkah Arab Saudi Memata-matai Warganya di Amerika Serikat?

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top