Tokoh Otoriter Dunia: Xi Jinping, Komunis yang Ambisius
Asia

China Dihantam Corona, Sudah Waktunya Xi Jinping Lengser

Berita Internasional > China Dihantam Corona, Sudah Waktunya Xi Jinping Lengser

Pakar hukum China Xu Zhiyong menyerukan Sekretaris Jenderal Partai Komunis China Xi Jinping untuk mundur di tengah krisis penyakit Covid-19 akibat virus corona baru.

“Ketua Xi yang terhormat, Sudah Saatnya Anda Pergi.”

Dalam sebuah surat terbuka, akademisi berpengaruh China Xu Zhiyong mengucapkan kata-kata yang menohok itu. Pendiri Gerakan Warga Baru China, kelompok yang mengadvokasi hak-hak sipil dan transisi damai China ke pemerintahan konstitusional, menentang risiko pembalasan dari Partai Komunis China yang berkuasa dengan meminta Presiden Xi Jinping untuk mundur.

Secara politis, menurut analisis Gordon Watts dari Asia Times, epidemi penyakit COVID-19 akibat virus corona baru telah menjadi mimpi buruk hubungan masyarakat bagi Sekretaris Jenderal Partai Komunis China Xi Jinping dan lingkaran dalam partai.

Baca Juga: Bagaimana Akhir dari Wabah Virus Corona Kelak?

Tuduhan ketidakmampuan telah dilontarkan terhadap pemerintah China atas tanggapan awal terhadap krisis serta klaim bahwa para pejabat di Wuhan telah dituduh menutup-nutupi kasus. Tingkat kematian di kota itu juga dipertanyakan oleh berbagai kanal media yang sejauh ini terlalu rendah dengan krematorium yang bekerja “sepanjang waktu”.

Xu, pakar hukum yang memegang gelar doktor dari Universitas Tsinghua yang bergengsi, telah berani menyuarakan keprihatinan yang muncul di ruang obrolan media sosial di seluruh ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

“Ketidakmampuan Anda dipertontonkan di saat krisis. Izinkan saya mengilustrasikan poin saya. Kebohongan Anda menyebabkan penyebaran tanpa batas dan eksplosif dari apa yang telah menjadi epidemi nasional,” keluh Xu, merujuk pada Xi, pemimpin paling kuat di China sejak Mao Zedong.

“Pelajaran dari wabah SARS 2003 ada di sana di depan mata Anda. Apakah Anda benar-benar bermaksud memberi tahu kami, Anda benar-benar menjaga jarak dan kurang peka terhadap fakta-fakta ini?” demikian Xu menambahkan dalam suratnya yang berjudul “Dear Chairman Xi, It’s Time for You to Go”, yang diterjemahkan oleh Geremie R Barme untuk ChinaFile.

Namun, ini bukan pertama kalinya Xu mengecam Xi secara khusus. Pada Februari 2020, Xu menuduh “Ketua Segalanya” tersebut “tidak tahu apa-apa” dan dilaporkan telah ditangkap. Komentar Xu muncul setelah China terpaksa menutup pabrik, bisnis, dan sekolah pada Januari 2020 untuk mengekang penyebaran virus corona setelah periode liburan Tahun Baru Imlek.

Menurut perhitungan terakhir, korban tewas resmi di negara itu adalah 3.119 korban jiwa dengan 80.735 orang terinfeksi. Namun, dalam 10 hari terakhir, jumlah kasus baru telah menurun secara signifikan, menurut statistik dari pemerintah pusat. Di luar China, jumlahnya mulai meningkat dengan cepat. Kematian telah mencapai 709 korban jiwa dengan hampir 30.000 orang terinfeksi setelah virusnya menyebar ke lebih dari 80 negara di dunia.

Secara ekonomi, kegiatan bisnis telah mati di China. Sektor jasa dan manufaktur jatuh ke rekor terendah Indeks Manajer Pembelian (PMI). Ekspor dan impor juga menurun pada Januari 2020.

“Merk ‘Republik Rakyat China’ tengah goyah, seolah-olah gambar masif Mao di Lapangan Tiananmen bergoyang dengan getaran gempa. Namun, hal itu hanya bisa benar-benar jatuh jika didorong dari dalam,” tutur Rowan Callick dari Institut Asia di Universitas Griffith di negara bagian Queensland, Australia.

“Penanganan epidemi virus corona tidak diragukan lagi melemahkan kepercayaan terhadap Partai Komunis dan Sekretaris Jenderal yang sebelumnya maha berkuasa, Xi Jinping. Setiap negara atau partai yang berkuasa akan berjuang jika dihadapkan dengan tantangan besar yang serupa,” tulis Callick dalam komentar untuk situs akademik Project Syndicate.

“Namun, Partai dan pemimpinnya secara khusus berambisi besar untuk memasuki ‘era baru’ yang diciptakan oleh Xi untuk ‘mewujudkan Impian Peremajaan Nasional China’. Pertanyaan besarnya sekarang adalah bagaimana struktur partai yang telah direnovasi ini dapat bertahan menghadapi epidemi virus corona yang mengerikan?” Callick menambahkan.

Dalam sebuah langkah untuk mengubah narasi, Xi dan kabinet para kader dekatnya telah mengerahkan kekuatan penuh negara dan media milik pemerintah.

Mereka telah mengajukan skenario “kompetensi” yang berbeda dalam menangani wabah Covid-19 dan berulang kali mempublikasikan kata-kata “pujian” dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada saat yang sama, mereka berusaha membungkam kritik keras seperti Xu Zhangrun, profesor hukum yang disegani di Universitas Tsinghua di Beijing.

Setelah menerbitkan kritik online terhadap Xi berjudul “Viral Alarm: When Fury Overcomes Fear”, ia ditempatkan di bawah tahanan rumah oleh pasukan keamanan dan dilarang menggunakan internet, menurut klaim berbagai laporan media.

Presiden China XI Jinping mengenakan masker dan menjalani pemeriksaan suhu tubuh ketika berkunjung ke sebuah rumah sakit di China. (Foto: France 24)

Baca Juga: Dunia Ubah Pendekatan Kesehatan Usai Flu 1918, Apa Kabar Pasca-Corona?

Menurut Callick:

“Tampaknya logis, karena Xi mengklaim semua kemuliaan demi kenaikan ekonomi China dan pengaruh global, ia akan memikul tanggung jawab atas bencana ini juga. Hal itu akan sesuai dengan bahaya kekaisaran lama karena kehilangan ‘mandat surga’, gagasan bahwa hanya penguasa yang sah yang akan mempertahankan persetujuan para dewa.

“Kemarahan publik dan ketidakpercayaan pihak berwenang masih membara. Dengan ratusan juta warga masih tinggal di rumah dan menatap smartphone, sentimen seperti itu meresap ke mana-mana. Namun, hari ini, tingkat kendali online dan offline China hampir tidak mengesampingkan perubahan atau bahkan ancaman yang datang dari ‘massa.’

“Mereka tidak dipercaya untuk berpartisipasi dalam pemerintahan mereka sendiri. Mereka tidak diberi ruang untuk berorganisasi. Sejak merebut kekuasaan pada 1949, Partai Komunis China telah menarik garis di bawah revolusi lebih lanjut.”

Kecuali, tentu saja, “revolusi” itu melibatkan perluasan peran China dalam kehidupan sehari-hari di negara itu ketika Xi dan Partai Komunis China memperketat cengkeraman mereka pada kekuasaan.

Meskipun detak jantung ekonomi China tumbang sekarang, setelah akhirnya hidup kembali dan ingatan penderitaan mulai memudar, partai masih akan melangkah ke panggung politik, menurut Jude Blanchette dari Center for Strategic and International Studies, think tank yang berbasis di Washington, AS.

“Sangat tidak mungkin ada tantangan politik yang signifikan atau terbuka untuk Xi Jinping. Dia adalah pemimpin yang telah mengonsolidasikan kekuatan yang luar biasa. Proposisi nilainya adalah, ia akan dapat memperbaiki sistem pemerintahan China untuk dapat menangani peristiwa tak terduga seperti yang kita hadapi sekarang dan tantangan lain yang dihadapi China,” kata Blanchette.

“Saya pikir di mana kita harus menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk mencari adalah seperti apa bentuk baru dari negara-partai akan terlihat sebagai respons terhadap atau sebagai akibat dari tindakannya untuk menangani virus corona,” tutur Blanchette kepada South China Morning Post.

Namun, mungkin, pengacara Xu menyentuh keberanian dalam surat terbuka ketika dia menyuarakan apa yang dianggap banyak orang sebagai pendapat mayoritas yang diam yang “menatap smartphone mereka”:

“Pemimpin politik sejati memiliki visi sejati. Namun, apa yang Anda punya? ‘Impian China?’ Ayolah, Itu dijiplak dari Impian Amerika. Meski begitu, Anda (Xi) masih tidak bisa menjelaskan apa artinya.”

Gordon Watts dari Asia Times menyimpulkan, memprediksi masa depan jangka panjang Xi dan China di masa depan akan sama buramnya.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Presiden China Xi Jinping didesak mundur usai wabah corona menghantam negara ini. (Foto: Heads of State)

China Dihantam Corona, Sudah Waktunya Xi Jinping Lengser

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top