Wabah Virus Corona, Jangan Salahkan Sup Kelelawar
Asia

China Tak Kapok Jual Satwa Liar di Pasar Basah

Berita Internasional > China Tak Kapok Jual Satwa Liar di Pasar Basah

Sejumlah wabah virus di dunia telah banyak diketahui bersumber dari binatang liar yang diperjualbelikan sebagai hidangan eksotis di pasar basah di China. Pemerintah China harus menindak tegas keberadaan pasar basah dan jual beli satwa hidup karena menimbulkan ancaman bagi keamanan dan kesehatan.

Ketika dunia semakin terglobalisasi dan populasi bergerak dengan cepat di seluruh dunia, sudah saatnya umat manusia fokus pada hukum pangan domestik di negara-negara seperti China dan lainnya yang tidak memenuhi standar kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan untuk populasi mereka sendiri maupun yang berada di luar perbatasan mereka.

Krisis COVID-19 saat ini lahir dari orang-orang yang bekerja dan berbelanja di “pasar basah” di Kota Wuhan, China. Pasar basah tersebut menjual hewan hidup dan mati termasuk ikan, burung, musang, kelelawar, trenggiling bersisik, dan kura-kura untuk konsumsi manusia. Air di pasar basah itu menciprat ke sisi bak terbuka yang dipenuhi binatang laut hidup yang pada akhirnya akan dibunuh. Meja di kios-kios serta lantai pasar dipenuhi ceceran organ dalam ikan dan darah hewan yang disembelih.

China terkenal karena kurangnya kebersihan dan pengawasan pemerintah terhadap pasar basah domestik. Terdapat aturan terpisah di China bagi komoditas pangan untuk ekspor dan untuk konsumsi lokal. Satu-satunya masalah dengan aturan bermuka dua ini, hal itu tidak memastikan keamanan bagi rakyat China sendiri atau orang-orang yang berada di luar perbatasan mereka.

Baca Juga: Penjual Udang Wuhan Diidentifikasi Sebagai Pasien Nol COVID-19

Bradley A. Blakeman dari The Hill berpendapat, dalam beberapa tahun terakhir kita telah melihat peningkatan yang mengkhawatirkan pada virus mematikan yang muncul dari kontak manusia dengan hewan hidup. Flu Asia pada 1957-1958 berasal dari mutasi pada itik liar, yang menewaskan setidaknya 1,1 juta orang. Flu Burung H5N1 pada 1997 berasal dari angsa China, setidaknya menewaskan 455 orang.

Wabah SARS pada 2002-2003 berasal dari hewan liar (mungkin kelelawar atau musang), setidaknya menewaskan 774 orang. Wabah flu Burung H7N9 pada 2013 berasal dari unggas di pasar unggas hidup, menewaskan sekitar 610 orang.

Sementara itu, virus corona baru yang menyebabkan wabah penyakit COVID-19 sejak akhir 2019 berasal dari hewan liar (mungkin kelelawar) di pasar basah di Wuhan hingga kini telah menewaskan lebih dari 900.000 penderita di seluruh dunia.

Permintaan domestik dan tradisi China untuk mengonsumsi makanan eksotis dan hewan hidup adalah ancaman langsung terhadap kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan dunia. Umat manusia tidak dapat lagi membiarkan tindakan domestik China, mau pun tidak adanya tindakan terhadap pasar basah, untuk mengancam kesehatan dan ekonomi dunia.

National Geographic melaporkan, pemerintah China mengizinkan 54 spesies liar untuk dibiakkan di pertanian dan dijual untuk konsumsi, termasuk cerpelai, burung unta, hamster, kura-kura penggigit, dan buaya siam. Banyak hewan liar seperti ular dan burung pemangsa diburu dan dibawa ke peternakan berlisensi negara, tutur Zhou Jinfeng, sekretaris jenderal China Biodiversity Conservation and Green Development Foundation, LSM di Beijing yang membantu menyelamatkan burung pada September 2019. Menurut Zhou, beberapa peternak mengklaim hewan mereka dibiakkan secara legal di penangkaran untuk konservasi, tetapi kemudian menjualnya ke pasar atau kolektor.

Hingga kini tidak diketahui berapa banyak pasar satwa hidup liar di China, tetapi para ahli memperkirakan jumlahnya bisa mencapai ratusan.

Beberapa pusat perbelanjaan dan toko besar juga menjual daging binatang liar dan amfibi hidup untuk dikonsumsi. Bagi pembeli pasar, katak adalah hidangan liar yang umum dan murah, ujar Peter Li, spesialis kebijakan China di Humane Society International dan profesor politik Asia Timur di University of Houston-Downtown. Di kalangan kelas atas, menurut Li, hanya orang kaya yang mampu membeli sup musang luwak (mamalia seukuran kucing, satwa endemik dari hutan di seluruh Asia Tenggara), kobra goreng, atau cakar beruang rebus.

Makanan eksotis seperti itu bukan bagian dari pengalaman Li ketika ia tumbuh dewasa.

“Orang tua saya tidak pernah memasak hewan liar. Kami tidak pernah memakannya. Saya tidak pernah makan ular, apalagi ular kobra.”

China adalah negara diktator, sehingga mereka bisa mengakhiri pasar basah kapan pun. Fakta pemerintah China mengizinkan keberadaan pasar basah tidaklah masuk akal.

China tidak menghargai kebebasan individu. Semua kebebasan dan izin pendirian pasar basah ini ialah tentang keberlangsungan negara.

Baca Juga: Sejarah Panjang Wuhan: Bekas Pusat Industri China Hingga Virus Corona

Ketika pemerintahan domestik China menimbulkan ncaman global, saat itulah dunia perlu mengubah kebijakan domestik China.

Amerika Serikat, negara di dunia yang sekarang paling terpukul oleh COVID-19, harus menuntut China melakukan perubahan kelembagaan dalam kebijakan keamanan pangan domestik mereka untuk membantu menghilangkan ancaman pandemi. Berapa banyak lagi virus bersumber hewan yang harus kita derita sebelum kita menuntut China dan pihak lainnya menghentikan perilaku gegabah yang paling sering menyebabkannya?

China merupakan negara yang sulit dipercaya. Umat manusia di seluruh dunia harus membentuk koalisi internasional untuk menyelidiki protokol, pelaporan, serta pencegahan keamanan dan kesehatan pangan China. Bradley A. Blakeman dari The Hill menyimpulkan, kita juga harus menyerukan penutupan semua pasar basah segera dan memberlakukan hukuman berat bagi pihak-pihak yang berurusan dengan penjualan hewan liar yang diketahui menyebarkan penyakit.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Ilustrasi penjual menjajakan dagangannya di pasar basah Wuhan, China. (Foto: Getty Images)

China Tak Kapok Jual Satwa Liar di Pasar Basah

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top