Tingkat Kematian COVID-19
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Indonesia Punya Tingkat Kematian COVID-19 Tertinggi, Mengapa?

Kepanikan membuat harga masker dan cairan pembersih tangan di Indonesia naik hingga 1000 persen. (Foto: Nikkei Asian Review)
Berita Internasional > Indonesia Punya Tingkat Kematian COVID-19 Tertinggi, Mengapa?

Respons krisis negara terpadat keempat di dunia ini meningkat, seiring kasus virus corona dan kematian melonjak. Indonesia bahkan disebut-sebut memiliki tingkat kematian COVID-19 tertinggi.

Pemerintah Indonesia, meski berupaya menangkal kepanikan publik, tetap enggan untuk mengungkapkan luas geografis penuh dari wabah COVID-19 di 34 provinsi.

Satu-satunya kasus yang diakui secara publik di luar pulau Jawa yang berpenduduk padat sejauh ini adalah di Sumatra Barat dan Utara, Lampung, Riau, Kalimantan Barat dan Timur, Sulawesi Utara, dan Bali.

Pejabat Kementerian Kesehatan hanya memberikan informasi harian tentang jumlah total pasien, dengan jumlah resmi sekarang mencapai 309 kasus dan terus meningkat dari hari ke hari.

“Saya pikir ini tersebar luas di seluruh kepulauan, tetapi meskipun sangat lazim di pusat-pusat kota seperti Jakarta dan Bali, tampaknya kasus tidak muncul begitu banyak di antara orang-orang muda di bawah usia 30 tahun,” ujar seorang diplomat senior Barat kepada Asia Times.

Dengan angka kematian meningkat dari 12 menjadi 25 dalam dua hari terakhir, Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins menempatkan angka kematian Indonesia lebih dari 8 persen, yang tertinggi di dunia bahkan di atas Italia, Iran, China, Jepang, dan Spanyol.

Para ahli kesehatan menduga, jumlah korban hampir pasti lebih tinggi, menunjuk pada tingkat morbiditas yang tinggi di antara lansia yang menderita berbagai penyakit lain yang tidak diuji atau, seperti yang biasa terjadi di Indonesia, tidak pernah menjalani otopsi post-mortem.

Baca juga: Corona Indonesia: Kematian Naik 19 Jiwa, Tertinggi di Asia Tenggara

Di beberapa daerah (seperti Nusa Tenggara di sebelah timur Bali) pemerintah provinsi di bagian barat rantai pulau telah menyatakan keadaan darurat, sementara pihak berwenang di wilayah timur berjalan seperti biasa karena mereka mengklaim bebas virus.

Bahkan di Bali (di mana 114.100 turis dari 165 negara masih tiba dalam 12 hari pertama bulan Maret), anggota komunitas medis diplomatik dan swasta tidak memiliki gambaran nyata tentang jumlah kasus baru, sejak seorang wanita Inggris meninggal di sana pada 11 Maret.

Di seberang Selat Bali, di Jawa Timur, hanya enam kasus yang dikonfirmasi telah dilaporkan sejauh ini. Memang, terlepas dari sekitar kota Solo Jawa Tengah dan Yogyakarta yang berdekatan, sebagian besar kasus di pulau itu masih terkonsentrasi di Jakarta dan di provinsi-provinsi sekitar Jawa Barat dan Banten.

Para diplomat percaya, pembatasan perjalanan baru Singapura (yang bertujuan untuk mencegah “gelombang kedua”) dilaksanakan karena meningkatnya tingkat tes positif di antara orang Indonesia yang datang dari pulau industri Batam.

“Kami khawatir dengan negara-negara di mana ada beberapa kasus virus yang dilaporkan, di mana kami telah melihat kasus yang diekspor dari negara-negara ini,” ujar Menteri Pembangunan Nasional Singapura Lawrence Wong minggu ini, dikutip Asia Times. “Itu termasuk negara-negara di sekitar kita.”

Sejumlah warga negara Indonesia keturunan Tionghoa telah berpindah tempat tinggal ke Singapura karena kekhawatiran bahwa ketika kondisi ekonomi memburuk, mereka akan kembali menjadi sasaran kerusuhan publik, seperti yang terjadi pada kerusuhan 1997-1998.

Virus Corona

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyampaikan konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3/2020). Presiden menyatakan 2 orang WNI yaitu seorang ibu dan anak di Indonesia telah positif terkena corona setelah berinteraksi dengan Warga Negara Jepang yang berkunjung ke Indonesia. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

Beberapa konsultan risiko bisnis memperingatkan klien mereka tentang meningkatnya ketegangan sosial-ekonomi dan potensi kelompok politik, hingga mulai menyalahkan kambing hitam untuk wabah virus corona. Itu, menurut satu penilaian, dapat menyebabkan kekerasan komunitas.

Presiden Joko Widodo sejauh ini menolak seruan untuk memecat Menteri Kesehatan Terawan Putranto, seorang dokter militer yang sekarang banyak dikecam karena gagal menangani pandemi ini secara serius.

Menurut seorang pejabat pemerintah dikutip Asia Times: “Dalam budaya politik Jawa, ia baru akan disingkirkan setelah krisis berakhir.”

Orang dalam pemerintah mengatakan, kepala Satuan Tugas COVID-19 yang baru dibentuk, Letnan Jenderal Doni Monardo, telah mengeluh tentang sikap keras kepala Terawan dalam menghadapi meningkatnya kekhawatiran publik tentang seberapa buruk kemungkinan krisis ini akan terjadi.

Baru minggu ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan harus turun tangan untuk menghapus birokrasi Kementerian Kesehatan yang menahan pengiriman 500.000 alat uji dari China.

Luhut Panjaitan juga menyetujui masuknya pekerja China pertama pada 18 Maret untuk diizinkan kembali ke Indonesia sejak krisis dimulai, yang semuanya telah menghabiskan 14 hari sebelumnya di karantina di tempat yang disebut sebagai negara “tetangga”.

Ke-49 insinyur itu menerbangkan sebuah jet sewaan ke Kendari, Sulawesi Tenggara, sebelum menaiki kapal ke lokasi proyek peleburan nikel utama di Halmahera, yang mengalami kebuntuan setelah Indonesia menghentikan semua penerbangan dari China pada 5 Februari.

Baca juga: Bagaimana Penanganan Wabah COVID-19 oleh Pemerintah Indonesia?

Walau telah mengambil alih sebagai manajer krisis, para kritikus khawatir Jokowi sering tampak lebih memperhatikan dampak COVID-19 terhadap perekonomian daripada melakukan lebih banyak untuk meningkatkan sistem kesehatan negara yang tidak siap menghadapi darurat medis besar-besaran.

Khawatir tentang dampak ekonomi dan sosial, presiden juga menolak memberlakukan lockdown sebagian Jakarta dan Jawa Barat, meskipun ada desakan dari Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

“Kami percaya Jakarta seharusnya menghentikan kegiatan di ibu kota dan mencegah orang datang atau meninggalkan kota,” ucapnya pada Selasa (17/3), dilansir dari Asia Times. “Kita tidak bisa memutuskan ini sendiri, tetapi ada keharusan untuk bertindak cepat.”

Meskipun ada penurunan dramatis dalam kegiatan bisnis, dengan banyak orang bekerja dari rumah, Jokowi terpaksa mengingatkan para pemimpin provinsi bahwa hanya dia yang dapat menyetujui kebijakan lockdown di tingkat regional atau nasional.

Hanya 1.255 orang telah dites untuk virus corona sejak kasus pertama yang dikonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret, dibandingkan dengan 2.000 tes yang dilakukan hampir setiap hari di Singapura. Namun itu akan berubah setelah Indonesia menerima pengiriman alat uji dari China.

Terkait imbauan untuk social distancing, pesannya tidak selalu berhasil. Pada 15 Maret, 1.000 pekerja berkumpul di Jakarta pusat untuk memprotes pertimbangan RUU Omnibus Law yang ambisius dari Jokowi, yang sekarang ditahan di DPR.

Minggu ini, gerakan dakwah global Tabligh Jama’at terpaksa membatalkan pertemuan dengan 8.000 umat Muslim dari Indonesia dan bagian lain di Asia dekat ibu kota Sulawesi Selatan Makassar, tampaknya atas desakan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Palang Merah Indonesia.

Para pejabat lokal berjuang untuk memahami mengapa acara itu dijadwalkan untuk berlangsung, hanya dua minggu setelah pertemuan serupa di dekat Kuala Lumpur, yang sekarang telah dikaitkan dengan setengah dari 800 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di Malaysia.

Para diplomat diberi tahu pada pertemuan singkat baru-baru ini bahwa hanya 2.000 tempat tidur “perawatan kritis” tersedia di seluruh Indonesia, di mana 40 persen sudah digunakan oleh pasien yang menderita penyakit non-virus corona, termasuk demam berdarah. Beberapa orang berpendapat bahwa COVID-19 salah didiagnosis (sengaja atau tidak) sebagai demam berdarah.

Meskipun sekarang ada 360 rumah sakit yang disisihkan untuk rujukan virus corona, pengujian khusus dan peralatan lain untuk menangani pandemi ini terbatas. Sebelumnya, ketika hanya ada 132 rumah sakit yang ditunjuk untuk COVID-19, hanya 88 ventilator yang tersedia. Di Kalimantan Barat, hanya ada satu, Asia Times melaporkan.

 

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Kepanikan membuat harga masker dan cairan pembersih tangan di Indonesia naik hingga 1000 persen. (Foto: Nikkei Asian Review)

Indonesia Punya Tingkat Kematian COVID-19 Tertinggi, Mengapa?

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top