Jokowi Resmikan Jembatan Senilai Rp1,8 T di Papua
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Militer Indonesia: Separatis Papua Terbunuh dalam Baku Tembak

Berita Internasional > Militer Indonesia: Separatis Papua Terbunuh dalam Baku Tembak

Sejak berkuasa pada 2014, Presiden Joko Widodo telah berjanji untuk mempercepat pembangunan dan membuka akses di Papua, tetapi meskipun ada peningkatan investasi dan upaya untuk mengatasi beberapa masalah hak asasi manusia, para aktivis mengatakan penindasan oleh pasukan keamanan masih berlanjut.

Pasukan keamanan Indonesia menembak mati seorang separatis Papua berusia 18 tahun selama baku tembak, seorang juru bicara militer mengatakan pada Rabu (19/2). Meski begitu, kelompok separatis membantah laporan itu dan mengatakan korban adalah warga sipil, Reuters melaporkan.

Papua yang terpencil, wilayah paling timur di Indonesia, telah dilanda oleh konflik separatis yang membara sejak bekas koloni Belanda itu dimasukkan ke Indonesia setelah referendum yang dikritik secara luas dan didukung oleh PBB pada 1969.

Eko Daryanto, juru bicara militer, mengatakan dalam sebuah pernyataan, baku tembak meletus pada Selasa (19/2) ketika patroli tentara dan polisi bentrok dengan separatis.

Baca Juga: Militer dan Tradisi Kekerasan di Indonesia

“Tidak lama setelah baku tembak, pasukan gabungan membersihkan lokasi itu dan mengambil barang bukti,” ujarnya, dikutip Reuters, seraya menambahkan mayat seorang separatis ditemukan di tempat kejadian.

Namun, Sebby Sambom, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sebuah kelompok separatis, membantah anggotanya telah berada di daerah tersebut pada saat itu dan mengatakan korban adalah warga sipil.

“Tidak ada baku tembak, pasukan keamanan menindak desa,” ucapnya.

Sejak berkuasa pada 2014, Presiden Joko Widodo telah berjanji untuk mempercepat pembangunan dan membuka akses di Papua, tetapi meskipun ada peningkatan investasi dan upaya untuk mengatasi beberapa masalah hak asasi manusia, para aktivis mengatakan penindasan oleh pasukan keamanan masih berlanjut.

Bulan ini, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merilis temuannya terhadap penyelidikan kasus yang berlangsung selama lima tahun, menuduh militer melakukan “pelanggaran berat hak asasi manusia” sehubungan dengan penembakan mati empat remaja di Papua pada Desember 2014.

Keempatnya terbunuh ketika sebuah protes atas dugaan pelecehan terhadap seorang anak berubah menjadi kekerasan di kota Enarotali, dan pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa setelah diserang oleh massa.

Para pejabat mengatakan pada saat itu, pemerintah berusaha untuk menyelesaikan masalah hak asasi di Papua tetapi menghadapi akumulasi lima dekade masalah sosial-ekonomi dan politik.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dikutip oleh media pada Rabu (19/2) mengatakan, pemerintah akan menindaklanjuti temuan laporan tersebut.

Amnesty International menerangkan dalam laporan 2018, pasukan keamanan Indonesia di Papua telah membunuh secara tidak sah setidaknya 95 orang dalam delapan tahun sejak 2010, Reuters melaporkan.

Pada Sabtu (15/2), Komnas HAM memutuskan, peristiwa penembakan di Paniai, Papua, adalah pelanggaran HAM berat dan memenuhi unsur kejahatan kemanusiaan karena terbukti terjadi pembunuhan dan penganiayaan yang sistematis terhadap warga sipil.

Peristiwa Paniai terjadi pada 7-8 Desember 2014, di saat Presiden Joko Widodo memulai periode pertama masa pemerintahannya.

Baca Juga: [INFOGRAFIK] Seberapa Kuat Militer Indonesia Kini?

Presiden Joko Widodo, pasca-tewasnya pengunjuk rasa di Paniai Desember 2014 menyatakan, “Saya ingin kasus ini diselesaikan secepat-cepatnya. Agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Kita ingin sekali lagi Tanah Papua sebagai tanah yang damai.”

Kepala Staf Presiden Moeldoko pun membantah pernyataan Komnas HAM yang menetapkan peristiwa itu sebagai kasus pelanggaran HAM berat.

“Perlu dilihat lah yang bener. Paniai itu kejadian tiba-tiba. Harus dilihat dengan baik karena tidak ada kejadian terstruktur, sistematis, enggak ada,” tutur Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (17/2), dikutip dari CNN Indonesia.

Moeldoko mengatakan, tindakan aparat yang menyebabkan empat orang meninggal dunia dan 21 orang lainnya luka-luka merupakan bentuk pertahanan diri.

“Menurut saya, apa yang dilakukan satuan pengamanan itu tindakan kaget, tiba-tiba karena diserang masyarakat. Tidak ada upaya sistematis,” katanya.

 

Penerjemah: Aziza Fanny Larasati

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Presiden Indonesia Joko Widodo menari bersama para penari Papua selama kunjungannya ke Wamena pada 28 Oktober 2019. (Foto ilustrasi artikel militer Indonesia: AFP/Istana Kepresidenan)

Militer Indonesia: Separatis Papua Terbunuh dalam Baku Tembak

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top