Dengan tidak adanya kebijakan pemerintah pusat yang konsisten, pemerintah daerah dibiarkan untuk memutuskan sendiri kapan harus memberlakukan langkah-langkah pencegahan.
Seiring virus corona menyebar dengan diam-diam ke seluruh kota-kota di Amerika, orang-orang masih bertanya-tanya tentang manfaat physical distancing terutama di daerah-daerah yang melaporkan sedikit kasus.
Sampai mana penyebaran epideminya? Apakah tinggal di rumah dan membatasi kontak dengan orang lain benar-benar cukup untuk mencegah penularan?
Studi baru oleh University of Texas, AS, memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu: Bahkan negara bagian yang hanya melaporkan satu kasus saja, memiliki lebih dari 50 persen kemungkinan wabah yang berkelanjutan dan tidak terdeteksi.
“Saya khawatir banyak pemerintah setempat menunggu sampai ada bukti yang jelas tentang penularan lokal sebelum mengambil tindakan,” kata Lauren Ancel Meyers, profesor biologi dan statistik di University of Texas, kepada The New York Times.
“Saran saya, jangan menunda-nunda untuk mengambil tindakan pencegahan.”
Dengan tidak adanya kebijakan pemerintah pusat yang konsisten, pemerintah daerah dibiarkan untuk memutuskan sendiri kapan harus memberlakukan langkah-langkah pencegahan. Pemerintah daerah seharusnya menganggap epidemi itu sudah sampai ke daerahnya, tegas Dr. Meyers.
Secara keseluruhan, studi tersebut menemukan, kemungkinan epidemi telah mencapai 70 persen dari semua negara bagian di Amerika Serikat (yang mencakup 94 persen dari populasi negara itu). Studi itu mendefinisikan epidemi sebagai wabah yang berkembang secara eksponensial alih-alih menghilang dengan sendirinya, yang akhirnya menginfeksi sebagian besar populasi.
Tim peneliti University of Texas mensimulasikan penyebaran wabah di setiap negara bagian Amerika Serikat untuk menentukan hasil yang paling mungkin di setiap daerah, bersama dengan jumlah laporan kasus yang disusun oleh The New York Times.
Orang yang telah terinfeksi dan memiliki gejala ringan, atau tidak memiliki gejala sama sekali, dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Kasus-kasus itu, yang sering tidak terdeteksi, adalah pendorong utama wabah itu, jelas Dr. Meyers. Bahkan di negara-negara bagian yang belum melaporkan satu pun kasus, ada sekitar 9 persen kemungkinan wabah yang tidak terdeteksi sudah berlangsung, katanya.
Dengan alasan itu, physical distancing harus terus dipraktikkan di seluruh Amerika Serikat, terlepas apakah wabah sudah terlihat atau belum, kata Dr. Meyers.
“Virus ini menyebar dengan cepat dan kadang-kadang secara diam-diam,” tuturnya.
“Ini adalah ancaman yang kasat mata, dan saat kita melihatnya, sudah terlambat untuk melakukan intervensi. Kita harus melakukan intervensi secara proaktif terhadap ancaman yang kasat mata.”
Social distancing dapat memperlambat wabah tersebut, memberi cukup waktu bagi rumah sakit daerah dan fasilitas kesehatan lainnya untuk menangani kasus dan tidak membuat mereka kewalahan, jelas Dr. Meyers.
“Melakukan apa pun yang mungkin untuk mencegah orang yang terinfeksi menyebarkan virus ke orang yang tidak terinfeksi adalah langkah yang bijaksana untuk saat ini. Yang paling penting, lakukan apa yang kita bisa untuk mencegah orang-orang berkumpul.”
New York, salah satu negara bagian terpadat di AS, telah menjadi pusat penyebaran AS. Negara bagian itu mencatat hampir 45 ribu kasus pada Jumat (27/3) (sekitar setengah dari total kasus di AS) dan lebih dari 500 kematian.
New Jersey menyusul, kemudian California dan Washington, lalu Michigan dan Illinois.
Senada dengan Dr. Meyers, Dr. Thomas Tsai, yang merupakan ahli bedah umum dan profesor kebijakan kesehatan di Harvard, menyatakan negara bagian atau wilayah yang belum mengalami lonjakan jumlah kasus tidak boleh berpuas diri.
“Amerika Serikat bukan satu monolit, ada 50 negara bagian yang berbeda dengan tanggapan pemerintah yang berbeda,” tuturnya, dilansir dari The Japan Times.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Persimpangan antara Front Street West dan Bay Street di Toronto, Kanada pada Senin, 16 Maret 2020. Dengan seruan pemerintah untuk membatasi pergerakan di tengah merebaknya pandemi COVID-10, momen jam-jam sibuk di pagi hari kini tak lagi seramai biasanya. (Foto: Fred Lum/The Globe and Mail)
Peneliti: Banyak Kasus Corona di AS Tak Terdeteksi