Keterlibatan Ukraina dalam NATO, Hal Baik atau Sebaliknya?
Global

Potensi Corona Jadi Krisis Keamanan, Haruskah NATO Berbuat Lebih Banyak?

Berita Internasional > Potensi Corona Jadi Krisis Keamanan, Haruskah NATO Berbuat Lebih Banyak?

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, prioritas aliansi ini adalah untuk mencegah krisis kesehatan menjadi krisis keamanan. Jurnalis Teri Schultz pesimis, itu sudah terlambat.

Kala pemimpin Uni Eropa terus terjebak keraguan, orang-orang Italia mati karena corona. Permintaan negara anggota untuk mengirim bantuan termasuk ke Brussels dan lainnya tidak dijawab selama berminggu-minggu. Ini sangat kontras dengan yang dilakukan Rusia dan China yang bergegas memberikan bantuan.

Sekarang, para menteri luar negeri NATO dalam pertemuan virtual pada Kamis, diperkirakan akan mengeluarkan pernyataan, terkait ini. Isinya diprediksi tak jauh-jauh dari imbauan untuk mengantisipasi pihak-pihak yang mengeksploitasi krisis kesehatan dan ekonomi dunia yang tengah rapuh dihajar virus.

“Untuk waktu yang sangat lama, (Uni Eropa) tidak ada yang melakukan apa pun,” ungkap Elisabeth Braw, kepala proyek Modern Deterrence di Royal United Services Institute di London kepada DW.

Baca Juga: Survei: Mayoritas Rakyat Jerman Ingin Turki Keluar NATO

“Sementara, orang-orang Rusia datang dan mengirim 100 perwira militer dari cabang medis angkatan bersenjata,” imbuhnya.

Braw menggarisbawahi, beberapa kiriman Rusia dan China ke Italia terbukti rusak, tapi masalahnya negara ini tak menerima bantuan lain selain dari dua negara tersebut.

“Jika Anda orang Italia, Anda tidak menerima yang lain. Saya pikir itu masuk akal untuk mengatakan kami akan mengambil apa pun yang bisa kami dapatkan.”

Di mana Amerika?

Pensiunan Jenderal Angkatan Darat AS Ben Hodges, yang sebelumnya memimpin pasukan Amerika di Eropa, bingung Washington juga tertinggal dalam mendukung sekutu besar NATO.

“Saya tidak dapat menjelaskan hal itu. Saya berharap sekali, AS dengan cara yang positif telah mengatasinya. AS selalu menjadi yang pertama muncul setelah tsunami, setelah gempa bumi. Namun, saya pikir kami melewatkan peluang di sana.”

Tampaknya ini merupakan kesempatan yang terlewatkan bukan hanya untuk menyelamatkan jiwa, tetapi melindungi warga Eropa dengan lebih baik dari serangan disinformasi Rusia dan China. Yang lebih disayangkan, Rusia dan China punya agenda sendiri di balik bantuan itu, yakni menyuarakan narasi bahwa mereka merawat warga Eropa yang kepayahan, sedang tetangganya sendiri tidak.

Prajurit Samaria

Braw merekomendasikan peluncuran aliansi yang secara informal ia sebut “Operasi Orang Samaria yang Baik.”

“Itu harus menjadi perhatian utama bagi NATO sekarang karena salah satu negara anggotanya yang paling dermawan dan paling signifikan harus bergantung pada bantuan dari Rusia karena sesama negara Eropa tidak datang,” katanya.

Memberdayakan Komandan Sekutu Tertinggi Eropa untuk menilai jumlah sumber daya yang dimiliki oleh 30 sekutu dan mengalokasikannya sesuai kebutuhan, paling efisien dan adil, tambahnya.

“Sekarang saatnya bagi NATO untuk bertanggung jawab atas ini,” desaknya.

“Saya tahu NATO bukan organisasi bantuan kemanusiaan, tetapi bagaimana jika NATO masuk dan mengambil alih? Karena tidak ada organisasi lain yang dapat mengambil alih; tidak ada negara lain yang dapat mengambil alih.”

Perang Turki-Rusia

Bendera Turki berkibar di sebelah logo NATO di markas besar NATO di Brussels, Belgia, 26 November 2019. (Foto: Reuters/Francois Lenoir)

Baca Juga: Perang Turki-Rusia, Mimpi Terburuk NATO

Ketika ditanya oleh DW tentang kemungkinan ini dalam pertemuan pra-menteri padaRabu , Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, prioritas aliansi adalah untuk memastikan “krisis kesehatan tidak menjadi krisis keamanan.” Namun, dia tidak antusias dengan saran yang dapat diambil NATO dalam peran perencanaan pusat. Ia hanya mengharapkan menteri luar negeri “melihat apa yang dapat dilakukan untuk memberikan lebih banyak dukungan dan mempercepat dukungan yang kami berikan.”

Pengangkutan udara

Aliansi ini memang memiliki struktur di tempat yang sekarang telah digunakan, khususnya kemampuan pengangkutan udara strategis bersama yang didanai sepuluh Sekutu NATO dan dua negara mitra. Mereka bersama-sama memiliki dan mengoperasikan tiga pesawat kargo C-17 berat di bawah naungan NATO.

Rumania menjadi negara pertama yang menggunakan jatah waktunya untuk misi darurat terkait COVID-19 daripada transportasi militer, serta membawa banyak pembelian peralatan.

Militer Rumania lantas menurunkan bantuan darurat yang dibeli dari Korea Selatan dan dikirimkan bersama C-130 yang dibagikannya dalam program NATO.

Letnan Kolonel Romania Costi Spinu berujar, program itu terbukti sangat penting bagi negaranya.

“Tidak ada kondisi darurat yang lebih besar ketimbang yang kita semua hadapi saat ini,” katanya.

“Pandemi ini adalah ancaman tidak hanya untuk kesehatan kita, tetapi juga keamanan kita. Jadi saya memikirkan melalui contoh-contoh seperti ini, kita dapat melihat bagaimana dapat mengumpulkan sumber daya dan melakukan yang lebih baik untuk saling membantu daripada berusaha untuk bertarung satu sama lain.”

Militer Rusia: Tetap di rumah

Dengan pandemi yang menjadi fokus utama publik, para pengamat Rusia memperingatkan, itulah alasan utama untuk tetap waspada.

Sudah ada peningkatan dalam kapal perang Rusia memasuki perairan sekutu dan pesawat tempur berdengung di wilayah udara NATO. Latihan gabungan terbesar yang melibatkan pasukan Amerika dalam 25 tahun dilakukan, tetapi harus sangat dibatasi karena potensi infeksi virus. Masalah sensitif terkait dengan kegiatan Turki di Suriah utara, dimulainya kembali pelatihan angkatan bersenjata Irak, dan manajemen penarikan internasional dari Afghanistan, telah turun lebih rendah dalam agenda, ketika dunia pulih dari krisis kesehatan.

Sementara itu, pengiriman besar-besaran Rusia berikutnya untuk peralatan dan masker medis sedang menuju Amerika Serikat pada Rabu.

 

 

Penerjemah dan editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: Pasukan AS, bagian dari misi NATO untuk mengembangkan pertahanan Polandia, sebelum upacara resmi di Orzysz, Polandia, 13 April 2017. (Foto: AP)

Potensi Corona Jadi Krisis Keamanan, Haruskah NATO Berbuat Lebih Banyak?

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top