senjata nuklir
Global

Senjata Nuklir China, Teka-teki yang Terselubung Misteri

Berita Internasional > Senjata Nuklir China, Teka-teki yang Terselubung Misteri

Rencana China untuk membangun rudal baru, memperluas kemampuan anti-satelit, dan meningkatkan produksi bahan nuklir jauh di atas kebutuhan sipil telah menyisakan banyak misteri bagi dunia.

Dua minggu lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyetujui proposal China bergabung dengan empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB lainnya pada pertemuan puncak untuk memulai putaran baru perundingan pengendalian senjata. Tujuannya, menurut para pejabat pemerintah AS, adalah perjanjian tiga arah antara China, Rusia, dan Amerika untuk membatasi senjata nuklir.

Menurut penjelasan Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien pada awal Februari 2020, “Seharusnya tidak hanya AS dan Rusia. Kami pikir China perlu terlibat dalam negosiasi kontrol senjata yang serius.”

China, yang jumlah hulu ledak nuklirnya masih mencapai ratusan, tampaknya tidak cocok untuk negosiasi dengan Amerika Serikat (6.185 total hulu ledak, dengan 1.750 dikerahkan) dan Rusia (6.490 total hulu ledak, dengan 1.600 dikerahkan). China sebelumnya telah menolak berpartisipasi dalam perjanjian senjata nuklir trilateral dengan alasan pasukannya terlalu kecil. Namun, rencana ambisius China untuk pengayaan baru dan kapasitas daur ulang yang mampu menghasilkan bahan untuk senjata nuklir akan memungkinkan China mencapai kesetaraan dengan Amerika dan Rusia.

Baca Juga: Perang Dagang yang Harus Dimenangkan China: Ekspor Nuklir untuk Lawan Rusia

Selain itu, mengingat keberpihakan strategis China-Rusia yang saat ini dan yang mungkin bertahan lama, AS tidak dapat lagi berasumsi konflik militer dengan China juga tidak akan melibatkan Rusia. Sementara menggabungkan nomor senjata nuklir Rusia dan China mungkin tidak layak dilakukan, tidak ada yang menganggap mereka sepenuhnya terisolasi.

Namun, sebelum menarik China ke pembicaraan kontrol senjata apa pun, para pejabat AS perlu memahami apa yang sedang dilakukan China. Secara khusus, mereka perlu memecahkan tiga misteri strategis seputar kemampuan China yang paling mengancam: doktrinnya yang tidak jelas untuk menggunakan senjata nuklir, meningkatnya kapasitasnya untuk membuat bahan peledak nuklir, dan pengembangan operasi anti-satelitnya.

Misteri pertama adalah bagaimana China bisa menggunakan senjata nuklirnya. China telah lama bersikeras tidak akan pernah meluncurkan senjata nuklirnya terlebih dahulu. China bersikeras hanya akan menembakkan senjata nuklir setelah diserang dan bahkan baru berminggu-minggu kemudian sebelum China akan membalas.

Seperti yang ditulis dalam buku putih pertahanan China 2019, “China selalu berkomitmen pada kebijakan nuklir untuk tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu setiap saat dan dalam keadaan apa pun. China tidak akan menggunakan atau mengancam untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara non-senjata nuklir atau zona bebas senjata nuklir tanpa syarat.” Para pemimpin China juga bersikeras mereka dapat menghalangi Amerika Serikat selama mereka memiliki kemampuan untuk menyerang balik sejumlah sasaran, kemungkinan besar kota-kota Amerika.

Kebijakan pembalasan yang terjamin dan relatif terbatas adalah apa yang secara resmi didukung oleh para pemimpin China. Hanya ada satu masalah: China saat ini membangun kekuatan nuklirnya jauh melampaui apa yang dibutuhkan hanya untuk menargetkan beberapa kota di Amerika. Pertanyaannya kini, mengapa?

Menurut analisis Michael Mazza dan Henry Sokolski dari Foreign Policy, China akan segera mengerahkan ketiga sistem nuklir darat, laut, dan udara yang strategis dan mirip dengan Amerika. Badan Intelijen Pertahanan AS memproyeksikan persediaan hulu ledak nuklir China dapat berlipat ganda pada 2030. Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) sedang mengirimkan berbagai macam rudal berkemampuan nuklir modern dari berbagai rentang, beberapa dilengkapi dengan bantuan penetrasi dan beberapa hulu ledak yang dapat ditargetkan secara independen. China berinvestasi dalam rudal balistik antar-benua baru berbasis silo, yang biasanya dianggap sebagai senjata serangan pertama. Rudal itu mungkin dilengkapi dengan kendaraan luncur hipersonik, yang bergerak dengan kecepatan tinggi di lintasan yang tidak teratur, sehingga sulit untuk dicegat oleh sistem pertahanan rudal.

China

Presiden AS Donald Trump berbicara dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing. Kedua pemimpin tersebut telah menyatakan persahabatan mereka tetapi sama-sama bertekad untuk mengejar agenda politik mereka sendiri. (Foto: AP)

Secara keseluruhan, kemampuan tersebut dan yang lainnya mengarah pada China yang berpotensi mempersiapkan pembalasan yang jauh lebih luas, serangan nuklir terlebih dahulu, penargetan pasukan lawan, dan/atau perang nuklir. Apakah memang itu niat China atau kah China merasa memerlukan semua kemampuan baru hanya untuk mempertahankan pencegahan melalui pembalasan yang meyakinkan? China hingga kini masih belum menawarkan jawaban yang jelas.

Misteri kedua menyelubungi rencana China untuk secara signifikan memperluas fasilitasnya untuk memperkaya uranium dan mendaur ulang plutonium. Sementara kapasitas ini secara nominal dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan reaktor sipil, China berencana untuk memproduksi bahan bakar yang jauh lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsi dalam negeri atau ekspor ke pelanggan terkenal di luar negeri. Namun, membangun kapasitas produksi bahan bakar nuklir seperti itu terlalu dapat dimanfaatkan untuk membuat bom nuklir.

Jika China membangun semua kapasitas pengayaan yang rencananya, negara itu bisa menghasilkan cukup uranium yang sangat diperkaya untuk membuat 1.500 hulu ledak tambahan setiap tahun. Hal itu akan memungkinkan China mencapai kesetaraan dengan Amerika Serikat dalam lima hingga 10 tahun jika China memilih untuk melakukannya, bahkan setelah memasok semua reaktor tenaga sipil China dan memenuhi permintaan ekspor. China juga mengoperasikan pabrik pemrosesan ulang dan membangun satu lagi yang mampu memisahkan cukup plutonium dari bahan bakar reaktor bekas untuk membuat tambahan 500 hulu ledak nuklir setahun.

Selain itu, China berencana untuk membeli pabrik lain dari Prancis yang akan memungkinkan China memproduksi cukup plutonium untuk 1.600 hulu ledak nuklir lebih lanjut per tahun. Semua ini tidak masuk akal secara ekonomi, karena akan jauh lebih murah bagi China untuk menggunakan uranium untuk bahan bakar reaktor daya. Lalu, mengapa China meluncurkan upaya pemrosesan ulang yang begitu besar?

Jawabannya masih belum jelas hingga kini. China belum mengisyaratkan niat untuk menumbuhkan persediaan hulu ledaknya dengan sangat cepat. Kebijaksanaan yang diterima adalah, China tidak tertarik berlomba untuk mencapai kesetaraan nuklir dengan Rusia atau Amerika Serikat, tetapi ingin mempertahankan opsi untuk melakukannya. Artinya, Amerika dan dunia perlu memahami rencana China. Namun, sekali lagi, China belum menjelaskan niatnya sendiri.

Misteri ketiga dan terakhir adalah upaya anti-satelit China. Seperti pernyataan resminya yang lain, pengakuan berulang kali China untuk menjaga perdamaian ruang angkasa terdengar meyakinkan. Namun, tindakan China di luar angkasa sama sekali berbeda. Menurut Departemen Pertahanan Amerika Serikat, China sedang mengembangkan kemampuan pengintaian peringatan dini berbasis ruang angkasa yang akan memungkinkan peralihan ke postur nuklir peluncuran berdasarkan peringatan yang melibatkan kesiapan yang meningkat, pengawasan yang ditingkatkan, dan pengambilan keputusan yang efisien untuk memungkinkan tanggapan yang cepat jika serangan.

Potensi tinggi untuk peringatan palsu yang datang dengan postur seperti itu hampir tidak kondusif untuk stabilitas strategis. Sementara itu, kemampuan anti-satelit China, yakni laser berbasis darat, rudal anti-satelit, dan operasi satelit robot pembunuh meningkatkan kekhawatiran, jika terjadi krisis, China akan membutakan atau menghancurkan satelit militer utama Amerika sendiri.

[Berita Foto] Parade Militer Peringatan 70 Tahun Republik Rakyat China

Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan dari dalam mobil selama parade militer yang menandai peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada Hari Nasional di Beijing, China, Selasa, 1 Oktober 2019. (Foto: Reuters/Thomas Peter)

Baca Juga: Korea Utara dan Strategi Nuklir Dead Hand

Dengan kata lain, alih-alih doktrin resmi merangkul ruang angkasa sebagai milik bersama global yang dapat diakses bebas semua pihak, China mungkin bergabung dengan Rusia dalam memperebutkan domain dan mempercepat perlombaan senjata di ruang angkasa. Mengapa? Logika operasional untuk China sangatlah jelas: Senjata anti-satelit China yang efektif akan mempersulit pasukan AS untuk mempertahankan operasi intelijen dan komunikasi medan perang jika terjadi konflik di Pasifik.

Sayangnya, investasi China dalam kemampuan anti-satelit juga meningkatkan kekhawatiran Amerika dan sekutu akan serangan China terlebih dahulu (nuklir atau konvensional). Artinya, akan sangat berguna untuk dapat memahami pemikiran China.

Ketika pembicaraan bilateral telah terjadi di masa lalu, mereka biasanya terlalu sering fokus pada terorisme nuklir, keamanan bahan nuklir, dan pertanyaan tentang kebijakan yang dinyatakan. Selama bertahun-tahun, para pejabat China telah menolak untuk terlibat dalam dialog yang bermakna yang dapat memberikan kejelasan tentang masalah yang dijelaskan di atas. Namun, dialog sangatlah diperlukan jika AS dan China ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan strategis di mana pihak lain berinvestasi dan mengapa.

Untuk mencapai tujuan ini, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump harus menjadikan dialog kemampuan strategis baru sebagai tujuan utama untuk 2020. Tentu saja, China memiliki kekhawatiran tentang AS sampai pada kesimpulannya sendiri tentang misteri-misteri tersebut. Bagi Amerika, Michael Mazza dan Henry Sokolski dari Foreign Policy menyimpulkan, setiap penilaian yang bertanggung jawab akan memerlukan setidaknya beberapa pertimbangan skenario terburuk. China memiliki peluang untuk membentuk penilaian tersebut. Melanjutkan untuk menjauhkan diri dari peluang itu tidak mungkin menjadi kepentingan China. Meyakinkan China akan hal itu adalah tugas yang harus dihadapi.

 

Penerjemah: Fadhila Eka Ratnasari

Editor: Purnama Ayu Rizky

Keterangan foto utama: China memodernisasi sistem pengiriman senjata nuklirnya, termasuk rudal balistik jarak menengah DF-26 yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir. (Foto: Xinhua)

Senjata Nuklir China, Teka-teki yang Terselubung Misteri

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top