Sikap Keras Turki Terhadap Amerika dan Jerman Permudah Pencapaian Tujuannya
Eropa

Survei: Mayoritas Rakyat Jerman Ingin Turki Keluar NATO

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjalan melewati sebuah gambar Mustafa Kemal Atatürk, pendiri Turki modern, di istana kepresidenan di Ankara. (Foto: Reuters/Umit Bektas)
Berita Internasional > Survei: Mayoritas Rakyat Jerman Ingin Turki Keluar NATO

Sebuah survei baru menunjukkan bahwa 58 persen rakyat Jerman ingin Turki diusir keluar dari NATO, karena serangan militer Turki di Suriah. Hanya 18 persen yang menentang gagasan itu. Bahkan ada dukungan yang lebih kuat dari rakyat Jerman untuk sanksi ekonomi dan larangan ekspor senjata terhadap Turki.

Mayoritas orang Jerman percaya bahwa Turki harus diusir keluar dari NATO atas serangan militer Ankara di Suriah utara yang dimulai pada awal Oktober 2019, menurut sebuah survei yang dirilis pada Selasa, 29 Oktober 2019.

Survei YouGov—yang ditugaskan oleh kantor berita dpa—mewawancarai lebih dari 2.000 orang dewasa Jerman antara 25 hingga 28 Oktober, dan menemukan bahwa 58 persen responden percaya bahwa Turki harus dikeluarkan dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), aliansi militer antar-pemerintah yang beranggotakan 29 negara Eropa dan Amerika Utara. Hanya 18 persen yang menentang gagasan itu, dilansir dari DW.

Baca Juga: Kesepakatan Rusia dan Turki di Suriah Tak Akan Bertahan Lama

Proporsi masyarakat Jerman yang lebih besar menginginkan pemerintah Jerman mengambil sikap lebih keras terhadap Turki, di mana 61 persen mendukung sanksi ekonomi terhadap negara pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan itu, sementara 69 persen mendukung larangan total ekspor senjata.

Turki Adalah Anggota Berharga yang Harus Dipertahankan oleh NATO

Pasukan Turki di NATO. (Foto: Reuters/Murad Sezer)

Baca Juga: Pemimpin ISIS Tewas di Dekat Perbatasan Turki-Suriah, Apa Peran Turki?

Tidak ada proses untuk pengusiran NATO

Pemerintah Jerman membatasi penjualan senjata ke Turki sejak Erdogan meluncurkan serangan militer di Suriah utara pada 9 Oktober 2019, tetapi tidak ada larangan total penjualan senjata ke negara itu, seperti yang sebelumnya dijanjikan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel.

Walau piagam pendiri NATO memungkinkan anggota untuk keluar dari aliansi militer tersebut, namun tidak ada mekanisme yang menjelaskan bagaimana suatu negara dapat diusir oleh negara-negara lain dalam aliansi itu. Mengeluarkan sebuah negara dari NATO akan menjadi proses yang rumit dan panjang yang membutuhkan persetujuan dan ratifikasi oleh semua negara anggota.

Di Jerman, banyak politisi dari partai Kiri juga menyerukan pengusiran Turki, dan pelaksana tugas ketua kelompok parlemen SPD tengah-kiri, Rolf Mützenich, juga menyerukan keanggotaan Turki untuk diperiksa, dinukil dari DW.

Namun, mantan Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan kepada harian Jerman Tagesspiegel bahwa mengusir Turki dari NATO akan mengarah pada “risiko keamanan besar baru di perbatasan timur Uni Eropa.”

Selain itu, setidaknya pada pertemuan NATO pada Oktober 2019, para anggota menekankan pentingnya Turki secara strategis sebagai jembatan antara Timur dan Barat. Turki juga memiliki tentara terbesar kedua di NATO, setelah AS, menjadikannya kontributor signifikan terhadap kemampuan militer aliansi pertahanan tersebut.

Ketegangan antara Ankara dan mitra-mitra NATO terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir, seperti ketika Ankara membeli dan mulai menerima sistem rudal S-400 buatan Rusia pada awal musim panas tahun lalu, menurut laporan DW.

 

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjalan melewati sebuah gambar Mustafa Kemal Atatürk, pendiri Turki modern, di istana kepresidenan di Ankara. (Foto: Reuters/Umit Bektas)

Survei: Mayoritas Rakyat Jerman Ingin Turki Keluar NATO

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top