Virus Corona
Global

Virus Corona: Prancis Capai 1.100 Kematian, India Lockdown Total

Warga ibu kota Prancis, Paris menjaga jarak saat mengantre sebelum memasuki sebuah supermarket. (Foto: AP Photo/Thibault Camus)
Berita Internasional > Virus Corona: Prancis Capai 1.100 Kematian, India Lockdown Total

Italia terus terkena dampak luar biasa dari wabah virus corona, mencatat jumlah kematian tertinggi kedua dalam sehari. Prancis telah menjadi negara kelima yang melaporkan lebih dari 1.000 kematian terkait virus corona, seiring 743 orang lainnya meninggal di Italia, dan India menerapkan lockdown total.

Korban tewas di Prancis mencapai 1.100 orang, dibandingkan dengan 860 kematian sehari sebelumnya—meningkat 240.

Selama periode 24 jam yang sama, Italia mencatat jumlah kematian tertinggi kedua dalam sehari karena terus dicengkeram oleh pandemi COVID-19.

Baca juga: COVID-19: RIP Kepemimpinan Global, Saat Dunia Sangat Membutuhkannya

Para pejabat mengatakan, 743 orang telah meninggal setelah tes positif, sehingga total menjadi 6.820 orang.

Italia telah mencatat lebih banyak kematian terkait virus corona daripada di tempat lain di dunia.

Lebih dari 69.000 orang dinyatakan positif di Italia, dengan 5.249 kasus baru dilaporkan pada Selasa (24/3).

Banyak kematian terjadi di wilayah Lombardy di utara, dengan kota Bergamo yang paling terpukul, Sky News melaporkan.

Namun selama dua hari berturut-turut, peningkatan persentase dalam jumlah kasus telah mencapai sekitar 8 persen—kenaikan terendah dalam persentase sejak penularan di negara itu terungkap pada 21 Februari.

Sementara itu, India telah mengumumkan “lockdown total” terhadap populasi 1,3 miliar orang untuk menyelamatkan “setiap orang India”.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, langkah-langkah itu akan dimulai dari tengah malam dan awalnya berlangsung selama tiga minggu.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, ia berkata: “Untuk menyelamatkan India dan setiap orang India, akan ada larangan total untuk keluar dari rumah Anda,” dikutip dari Sky News.

Dia menambahkan, jika negara gagal mengelola wabah virus corona selama 21 hari ke depan, India bisa mengalami kemunduran selama 21 tahun selanjutnya.

Para pejabat kesehatan India sejauh ini melaporkan 469 kasus yang dikonfirmasi dan 10 kematian.

Itu terjadi setelah juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan AS bisa segera melihat lonjakan serupa dengan yang dialami di seluruh Eropa.

Para pramusaji berjaga di sebuah restoran yang tampak kosong di St. Mark’s Square yang biasanya dipadati pengunjung, seiring Italia berjuang membendung persebaran virus corona, di Venesia, Italia, 27 Februari 2020. (Foto: Reuters/Manuel Silvestri)

Lebih dari 46.000 kasus dan 530 kematian telah dilaporkan di Amerika, dengan lebih dari 20.000 kasus di negara bagian New York saja.

Para pejabat dan pemimpin kesehatan juga memperingatkan dunia mengenai tahap yang akan menentukan seberapa parah masing-masing negara akan terpengaruh oleh COVID-19.

Negara-negara di Eropa dan Amerika Utara terus melanjutkan pembatasan tinggal di rumah yang memengaruhi 1,5 miliar orang di seluruh dunia.

Kepala WHO mengatakan masih ada waktu untuk memperlambat penyebaran virus corona.

Kepala organisasi itu, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, “kita bukan orang yang tak berdaya” dan “kita masih bisa mengubah lintasan pandemi ini”.

Di New York (salah satu pusat virus corona terbesar di dunia), pihak berwenang segera menyiapkan ribuan tempat tidur rumah sakit yang mereka perlukan untuk melindungi 8,4 juta penduduk kota itu.

Rumah sakit kota New York kekurangan pasokan bahan dasar untuk 10 hari, sementara Gubernur Andrew Cuomo mengumumkan rencana untuk mengubah pusat konvensi menjadi rumah sakit.

“Ini akan menjadi jauh lebih buruk sebelum menjadi lebih baik,” ucapnya, dikutip Sky News.

Cuomo juga mengumumkan dua intervensi medis eksperimental dalam upaya melawan penyakit, sebelum terapi yang lebih canggih dikembangkan.

Baca juga: Tanpa Tes Massal, Pandemi Corona Akan Terus Menyebar

Para pejabat kesehatan berencana untuk mengumpulkan plasma dari orang-orang yang telah pulih setelah tertular virus corona, dan menyuntikkan cairan yang kaya antibodi ke pasien yang masih berjuang melawan COVID-19.

Terapi lain melibatkan pengujian antibodi untuk mengirim orang yang sembuh untuk kembali bekerja.

Cuomo mengatakan, tes itu “menjanjikan”, tetapi menambahkan bahwa itu “hanya uji coba untuk orang-orang yang dalam kondisi serius”.

Sementara itu, jumlah kematian akibat virus corona di Spanyol (negara dengan dampak terburuk kedua di Eropa) naik 514 menjadi 2.696, dengan lebih dari 6.000 kasus baru.

Sekarang ada 39.673 kasus yang dikonfirmasi di sana, naik dari 33.089 pada Senin (23/3), Sky News melaporkan.

Virus ini terus melonjak di Spanyol, memaksa lockdown secara nasional dan telah menutup toko dan bar, serta mencegah lebih dari 46 juta orang meninggalkan rumah mereka.

Rumah duka telah melebihi kapasitas seiring rumah sakit berjuang untuk mengatasinya.

Gelanggang es di pusat perbelanjaan Palacio de Hielo di Madrid sekarang digunakan sebagai kamar mayat sementara.

Jerman, bagaimanapun, telah mengindikasikan bahwa kurva infeksinya dapat diratakan setelah memberlakukan langkah-langkah social distancing sendiri.

 

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Warga ibu kota Prancis, Paris menjaga jarak saat mengantre sebelum memasuki sebuah supermarket. (Foto: AP Photo/Thibault Camus)

Virus Corona: Prancis Capai 1.100 Kematian, India Lockdown Total

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top