Fatwa Terbaru MUI
Berita Politik Indonesia Hari Ini

Virus Corona yang Tak Terdeteksi di Indonesia Bisa Capai Puluhan Ribu

Mudik Lebaran mungkin dilarang oleh pemerintah jika penyebaran corona makin meluas. (Foto: Breaking News)
Berita Internasional > Virus Corona yang Tak Terdeteksi di Indonesia Bisa Capai Puluhan Ribu

Indonesia telah memiliki kematian terbanyak di Asia Tenggara, tetapi penelitian menunjukkan lebih dari 800 kasus sejauh ini mungkin hanya 2 persen dari total. Kasus virus corona yang tidak terdeteksi di Indonesia bisa sangat membludak dan bisa mencapai puluhan ribu.

Baru bulan lalu kasus virus corona di Indonesia berjumlah nol, di mana para pejabat dengan tegas menolak argumen bahwa virus corona menyebar tanpa terdeteksi.

Beberapa minggu kemudian, 78 kematian telah dikaitkan dengan virus tersebut, jumlah tertinggi di Asia Tenggara. Tujuh petugas kesehatan termasuk di antara mereka yang meninggal.

Walau kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi hampir 900, para peneliti memperkirakan bahwa mungkin ada puluhan ribu infeksi tersembunyi di seluruh negeri, dan ada kekhawatiran bahwa fasilitas medis tidak akan mampu mengatasi jika terjadi wabah besar, The Guardian melaporkan.

Baca juga: Corona Indonesia: Cerita Tenaga Medis Menyabung Nyawa demi Pasien

Selama sepekan terakhir, dua rumah sakit besar telah meminta pasokan, sementara beberapa petugas kesehatan terancam mogok setelah mereka dipaksa mengenakan jas hujan untuk perlindungan. Hingga Senin (23/3), sebanyak 42 staf medis terinfeksi virus corona di Jakarta.

“Saya hanya berdoa dan percaya agar saya dapat berhenti khawatir, meskipun kadang-kadang perasaan (kekhawatiran) itu muncul lagi,” ujar Agnes Tri Harjaningrum, seorang dokter anak yang bekerja di rumah sakit negeri dan swasta di ibu kota, mengatakan kepada The Guardian. Dia khawatir Indonesia bisa menghadapi krisis yang serupa dengan yang dialami di Italia.

Para tenaga medis di RS Slawi, tegal terpaksa mengenakan jas hujan sebagai ganti APD saat merawat pasien corona. (Foto: Radar Tegal)

Sumbangan peralatan pelindung dan alat uji tiba dari China pada Senin (23/3) pagi, tetapi pada Selasa (24/3) malam kekurangan masih ada di beberapa bangsal rumah sakit di Jakarta. Peralatan sedang diprioritaskan untuk dokter yang secara langsung menangani pasien, ujarnya.

Indonesia (negara terpadat keempat di dunia) lamban untuk melakukan tes, setelah dilaporkan hanya melakukan beberapa ratus tes pada awal bulan ini.

Walau kasus telah terdeteksi sepanjang Februari di sebagian besar negara di Asia Tenggara, baru pada 2 Maret negara yang berpenduduk 264 juta orang ini mengonfirmasi infeksi pertamanya.

Sebuah studi oleh Universitas Harvard (yang menganalisis lalu lintas udara dari Wuhan, kota China di mana wabah dimulai) telah mempertanyakan tentang kurangnya kasus di Indonesia sebelumnya.

Menteri Kesehatan Indonesia menanggapi pada saat itu dengan menyebut analisis itu sebagai “menghina” dan menyatakan Indonesia dalam siaga tinggi.

Jokowi sejak itu mengakui perlunya pengujian massal, yang sedang digenjot di bidang-bidang prioritas. Sejauh ini 2.863 orang telah diuji.

Pada Senin, diperkirakan oleh para akademisi di London School of Hygiene & Tropical Medicine bahwa hanya 2 persen dari infeksi virus corona di Indonesia yang telah dilaporkan. Itu bisa berarti ada lebih dari 34.000 kasus. Ini lebih tinggi dari sekitar 27.000 yang tercatat di Iran, meskipun para peneliti juga memperkirakan bahwa Iran mungkin mengidentifikasi sedikitnya 7,2 persen dari pasiennya, dilansir dari The Guardian.

Para peneliti menekankan bahwa ini adalah perkiraan kasar berdasarkan analisis awal, dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Ada beberapa batasan estimasi. Bagaimana demografi suatu negara dapat memengaruhi angka kematian dari COVID-19, misalnya, belum dimasukkan dalam studi ini.

“Tingkat keparahan (COVID-19) sangat berkorelasi dengan usia, yang berarti kita perlu memperhitungkannya agar lebih akurat,” ujar Dr Timothy Russell, penulis utama studi tersebut.

Dengan usia rata-rata 28 tahun, populasi Indonesia lebih muda daripada banyak negara lain yang terkena dampak.

Menurut angka resmi, ibu kota Jakarta (rumah bagi 9,6 juta orang) adalah di antara yang paling parah, dengan ratusan kasus, sementara puluhan infeksi juga muncul di Banten dan Jawa Barat.

Kasus-kasus tampaknya tersebar. Di Papua Barat, provinsi paling timur Indonesia, tiga kasus telah dikonfirmasikan, sementara 35 orang telah diawasi karena mereka memiliki gejala termasuk pneumonia dan telah melakukan kontak dengan pasien yang dikonfirmasi.

Akses untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas terbatas di provinsi ini, terutama di daerah dataran tinggi, dan petugas kesehatan saat ini menilai pasien secara online karena kekurangan peralatan.

Baca juga: Penyebaran Corona Indonesia, Kegiatan Agama Picu Kematian Tertinggi

Analisis oleh Reuters menunjukkan, sistem kesehatan negara ini secara signifikan kurang memiliki sumber daya yang baik dibandingkan dengan Italia atau Korea Selatan, yang keduanya menghadapi wabah besar.

Indonesia memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit, menurut data Kementerian Kesehatan, yang setara dengan sekitar 12 tempat tidur per 10.000 orang. Korea Selatan memiliki 115 per 10.000 orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada 2017, WHO menemukan Indonesia memiliki empat dokter per 10.000 orang. Italia memiliki 10 kali lebih banyak, berdasarkan per kapita. Korea Selatan memiliki dokter enam kali lebih banyak.

Indonesia mengubah wisma atlet yang dibangun untuk Asian Games 2018 menjadi rumah sakit darurat, yang diharapkan akan mampu merawat 24.000 pasien.

Pemodelan oleh Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) yang dilaporkan oleh The Jakarta Post, telah menyarankan bahwa tanpa langkah-langkah sulit untuk menahan virus corona, mungkin ada hingga 71.000 infeksi pada akhir April.

Gubernur Jakarta telah menyatakan keadaan darurat, dan mengatakan kepada bisnis dan kelompok agama untuk mengambil tindakan untuk menghentikan penyebaran virus. Semua tempat pariwisata dan hiburan telah ditutup, dan transportasi umum dibatasi.

Namun walau berbagai lockdown telah diberlakukan di Malaysia, Filipina, dan Thailand, Presiden Indonesia Joko Widodo telah menolak seruan untuk tindakan tersebut. Jokowi justru mendesak masyarakat untuk tinggal di rumah dan menjanjikan pengujian cepat (rapid test). Pengujian ini sekarang sedang diluncurkan di tiga provinsi, sementara 100 ribu Alat Pelindung Diri (APD) juga didistribusikan.

Zubairi Djoerban, kepala satuan tugas virus corona Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan kepada The Guardian awal pekan ini, pasokan akan segera didistribusikan. “Sektor swasta akan membantu, pengusaha akan membantu.”

“Tapi di lapangan, tolong manajemen harus (sejalan) dengan pandemi, artinya harus cepat-cepat-cepat-cepat.”

 

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Mudik Lebaran mungkin dilarang oleh pemerintah jika penyebaran corona makin meluas. (Foto: Breaking News)

Virus Corona yang Tak Terdeteksi di Indonesia Bisa Capai Puluhan Ribu

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top