Jamu menjadi semakin populer setelah jumlah kasus virus corona melonjak di Indonesia. Banyak orang yakin mereka dapat menghindari COVID-19 jika mereka minum jamu dengan teratur. Namun, dokter memperingatkan rumor palsu tentang kekuatan penyembuhan jamu.
Meskipun baru-baru ini terjadi peningkatan kasus virus corona di Indonesia, pelanggan berjejalan memenuhi warung Jamu Bukti Mentjos di Jalan Salemba Tengah. Beberapa staf di balik meja kasir terlihat agak kewalahan.
Dua pelayan mengambil bubuk cokelat dari bermacam-macam toples kaca di rak, menaruhnya ke dalam cangkir kopi bening dan menuangkan air panas yang mengepul ke dalamnya. Aroma kunyit dan lengkuas berembus di udara.
Selama berabad-abad, masyarakat Indonesia percaya jamu dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit mulai dari sindrom pramenstruasi hingga tumor dan kanker. Dengan meningkatnya kasus virus corona di negara ini, orang-orang telah kembali mengandalkan jamu untuk meningkatkan kekebalan tubuh mereka.
Pada 23 Maret, Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan kepada pers, lockdown belum akan dilakukan. Sejak itu, Indonesia telah mengalami lonjakan harian terbesar dalam jumlah kasus virus corona baru, yang sekarang berjumlah 1.046 kasus.
Salah satu pelanggan Jamu Bukti Mentjos, Ambar (45 tahun), rela menunggu lebih dari 20 menit untuk mengantre jamu, begitu pula pelanggan lain, yang duduk tanpa ribut di ruang pengap.
“Saya selalu datang ke sini setiap kali merasa tidak enak badan,” ujar ibu rumah tangga itu kepada South China Morning Post. “Sejauh ini, jamu mereka manjur. Presiden juga meminumnya setiap hari untuk mencegah virus corona.” (Jokowi mengaku ia minum jamu tiga kali sehari untuk mencegah terinfeksi oleh virus corona, dalam pidato pembukaannya di Forum Pertanian dan Makanan Asia kedua di Jakarta pada 12 Maret.)
Personel Masyarakat Palang Merah Indonesia mengenakan pakaian pelindung selama operasi menyemprotkan cairan disinfektan di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Utara untuk mencegah penyebaran penyakit COVID-19 di Jakarta. (Foto: Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana)
Ambar juga membeli empat botol jamu berukuran sedang.
“Ini untuk suami dan putra bungsu saya,” katanya. “Mereka demam dan batuk kering selama dua hari.”
Horatius Romuli, pemilik warung, menyatakan ia belum pernah melihat warungnya seramai itu.
“Peningkatannya sekitar 50 persen sejak awal Maret. Kebanyakan pelanggan baru adalah anak muda, remaja, dan bahkan anak-anak yang datang bersama orang tua mereka.”
Nenek Horatius memulai warung itu di Solo, Jawa Tengah, pada 1940-an.
“Dia awalnya bereksperimen dengan rempah-rempah dan akar, membuat minuman kesehatan untuk keluarga,” tutur pemilik berusia 61 tahun itu.
“Kemudian tetangga sebelah kami mulai meminta dibuatkan jamu untuk anak-anak mereka yang sakit, lalu mereka sembuh.”
Kemanjuran jamunya menyebar dari mulut ke mulut. “Orang-orang mengatakan jamu nenek ‘terbukti’ manjur, makanya, warungnya dinamai Jamu Bukti,” jelas Horatius.
Horatius juga percaya COVID-19 (penyakit yang disebabkan oleh virus corona novel) dapat dicegah dengan minum jamu.
“Mereka yang telah minum jamu tidak takut dengan virus itu, karena bahan utama jamu, kunyit dan jahe, diketahui memiliki kualitas pencegahan terhadap virus corona,” ucapnya dengan penuh percaya diri.
Horatius meminum jamu sambiloto, yang dibuat dengan daun dan kulit tanaman sambiloto. Minuman pahit itu dipercaya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meredakan demam, serta mencegah kanker.
“Jika sistem kekebalan tubuh kita kuat, kita tidak akan terkena (virus) apa pun,” sambungnya. “Walaupun ada orang batuk dan bersin di depan dan di belakang kita, kita tidak akan terinfeksi.”
Wagirah, pedagang jamu keliling di sekitar Jalan Ampera, Jakarta Selatan, mengatakan keuntungannya berlipat sejak virus corona pertama kali terdeteksi di Indonesia.
“Saya biasanya mendapat sekitar Rp50.000 sehari, tetapi hari ini saya bisa mendapat Rp150.000,” katanya kepada South China Morning Post.
Pedagang berusia 60 tahun itu membawa sekitar 12 botol jamu dengan gerobak dorongnya setiap hari. Yang paling laris akhir-akhir ini adalah jamu cabe puyang, yang terbuat dari kunyit, lada Jawa, biji adas, dan jahe pahit. Jamu pahit dan pedas itu dapat menurunkan demam, menyembuhkan batuk, dan membersihkan paru-paru, katanya.
“Nenek moyang kita tahu yang terbaik. Resep mereka terbukti efektif melawan penyakit apa pun, bahkan sampai sekarang,” katanya.
Evie, jurnalis yang tinggal di sekitar Jalan Ampera, adalah pelanggan setia Wagirah.
“Saya biasanya minum jamu kalau sempat saja,” tutur Evie, dikutip South China Morning Post.
“Namun sekarang, saya minum jamu hampir setiap hari, karena saya tahu (infeksi) virus corona dapat dicegah jika tubuh kita kuat dan sehat. Jamu bisa membuat kita tetap sehat.”
Bisakah jamu benar-benar mencegah COVID-19?
“Secara langsung, tidak,” ungkap Dr Jerry Eddya Poetra Boer, dokter penyakit dalam di Rumah Sakit Agung di Jakarta Pusat. “Namun, jika kita memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik, kita tidak akan terinfeksi oleh virus.”
Jamu, menurut ahli penyakit dalam itu, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita, tetapi “kita harus memastikan jamu yang kita minum segar dan tidak mengandung bahan kimia,” jelasnya kepada South China Morning Post.
Meski demikian, Dr Zubairi Djoerban, ahli hematologi-onkologi di Rumah Sakit Kramat 128 di Jakarta Pusat, memperingatkan agar tidak menyebarkan desas-desus palsu tentang kekuatan penyembuhan jamu.
“Jamu tidak bisa mencegah kita dari infeksi virus corona. Jamu juga tidak dapat menyembuhkan kita setelah terinfeksi,” katanya.
“Bahkan jika kita kuat dan sehat, kita masih bisa terinfeksi. Contohnya pemain sepakbola (seperti Paulo Dybala dan Paolo Maldini). Mereka sangat bugar dan sehat, tetapi mereka bisa terinfeksi oleh virus.”
Namun, jika kita bugar dan sehat, memang gejala virus corona cenderung lebih ringan, tambahnya. Langkah pencegahan terbaik adalah tinggal di rumah. Kenakan masker jika kita benar-benar harus keluar, dan jaga kebersihan.