Virus Corona
Asia

Jemaah Nekad Ibadah Massal: ‘Kami Tak Takut Corona’

Ilustrasi tabligh akbar yang diikuti Muslim se-Asia di tengah corona. (Foto: Antara)
Berita Internasional > Jemaah Nekad Ibadah Massal: ‘Kami Tak Takut Corona’

Kumpulan 16.000 jemaah di masjid Malaysia menjadi sumber pandemi terbesar yang diketahui di Asia Tenggara, menyebarkan virus corona ke enam negara.

Ribuan jemaah berdoa, tangan dan wajah dicuci saat berwudhu. Mereka berkerumun di sekitar piring-piring di lantai, mengambil beras kelapa dengan tangan kanan dengan cara tradisional. Dan mereka tidur di masjid atau di tenda yang didirikan di kompleks keagamaan, barisan jemaah dari hampir 30 negara, berkumpul di Malaysia untuk pembaruan spiritual.

Tiga minggu kemudian, 16.000 jemaah dalam pertemuan gerakan misionaris Islam terbesar di dunia itu telah menyebarkan virus corona ke enam negara, menciptakan vektor virus terbesar yang diketahui di Asia Tenggara.

Lebih dari 620 orang yang terhubung dengan pertemuan empat hari itu dinyatakan positif di Malaysia, mendorong negara itu untuk menutup perbatasannya hingga akhir bulan. Sebagian besar dari 73 kasus virus corona di Brunei terikat pada pertemuan tersebut, begitu juga 10 kasus di Thailand. Setidaknya tiga kematian akibat virus corona telah dikaitkan dengan peristiwa tersebut, The New York Times melaporkan.

“Kami berbicara tentang konsep agama dan keyakinan kami pada Allah, bukan virus corona,” ujar El Matly, penjual ponsel bekas di Kamboja yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut, kepada The New York Times.

Baca juga: COVID-19: #DiRumahAja, Bencana bagi ‘Rakyat Kecil’ Indonesia

Setelah kembali ke rumah, El Matly dan 22 jemaah Kamboja lainnya dinyatakan positif. Dua istri mereka juga sakit.

Wabah ini menggarisbawahi bagaimana momentum pandemi telah bergerak di luar China, di mana virus itu pertama kali muncul. Itu juga telah menjadi sorotan pada Tablighi Jamaat, sebuah gerakan misionaris berusia seabad.

Dikenal di sebagian Asia Tenggara sebagai Jemaah Tabligh, Tablighi Jamaat adalah salah satu gerakan berbasis agama terbesar di dunia, menurut Pew Research Center, dan terdapat orang-orang yang berpengaruh secara politis di antara para pengikutnya.

Pesan kelompok itu: Kembali ke cara hidup selama masa Nabi Muhammad. Berpakaian dengan cara yang sama, berdoa dengan cara yang sama. Beberapa bahkan menganjurkan menggunakan tongkat kayu sebagai sikat gigi. Dalam pertemuan yang dihadiri ribuan orang itu, penganut Jamaah Tabligh berdoa dan makan bersama di masjid-masjid.

Iman memberikan penghiburan di masa yang tidak pasti, tetapi pengalaman keagamaan massal juga terbukti merupakan pengganda berbahaya penyebaran virus corona.

Wabah Korea Selatan (yang selama berminggu-minggu adalah yang terburuk di luar China), berasal dari sekte rahasia bernama Gereja Shincheonji Yesus. Ribuan pengikut gereja dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka telah dinyatakan positif.

Dua dari kelompok virus terbesar di Singapura telah terhubung dengan gereja. Jemaah yang kembali dari kota suci Qom di Iran telah menyebarkan virus itu di Asia Tengah dan Selatan.

Terlepas dari peringatan pemerintah tentang bahaya pertemuan sekelompok besar orang selama pandemi corona, majelis agama massal terus berlanjut. India mendesak para jemaah Hindu untuk tidak datang ke negara bagian Uttar Pradesh minggu depan untuk perayaan sembilan hari yang rencananya akan dihadiri ratusan ribu orang.

Pemerintah Malaysia akhirnya menerapkan kebijakan lockdown seiring dengan peningkatan kasus corona di negara itu. (Foto: SCMP)

Bahkan seiring kasus-kasus virus corona dari pertemuan di Malaysia melonjak, Tablighi Jamaat telah merencanakan acara beberapa hari di pulau Sulawesi, Indonesia, yang akan dimulai pada Kamis (19/3) dan akan berlangsung hingga akhir pekan ini.

Setelah protes publik, juru bicara kepresidenan Indonesia mengumumkan bahwa pertemuan Sulawesi dibatalkan, pada pagi hari acara itu seharusnya dimulai. Namun hampir 8.700 jemaah dari 10 negara telah berkumpul di kota Gowa, berkerumun di tenda-tenda dan berbagi makanan, seperti di Malaysia.

“Tidak seorang pun dari kami takut pada corona,” ujar salah satu dari mereka, Roni Arif, kepala pusat kesehatan masyarakat di Mamuju, Sulawesi, dikutip The New York Times. “Kami takut pada Allah.”

Pada 2 Maret, Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, hanya memiliki dua kasus virus corona yang dikonfirmasi. Pada Jumat (20/3), angka itu telah meningkat menjadi 369 kasus, dengan 32 kematian. Seorang menteri kabinet termasuk di antara mereka yang dites positif.

“Semua penyakit dan semua kesehatan berasal dari Allah,” imbuh Roni, yang dipekerjakan di tingkat lokal oleh Kementerian Kesehatan. “Apa pun yang terjadi pada kita adalah kehendak Allah.”

Didirikan oleh seorang cendekiawan Islam di India pada 1920-an, Tablighi Jamaat sangat tertutup tentang keanggotaannya, tetapi politisi berpangkat tinggi dan kerabat mereka telah dikaitkan dengan kelompok itu. Putra Menteri Pertahanan Indonesia adalah anggota. Pemerintah Barat telah menghubungkan Tablighi Jamaat dengan rekrutmen gerilyawan, tuduhan yang dibantah oleh para pengikutnya.

El Matly (orang Kamboja yang terjangkit virus corona di Malaysia) mengatakan bahwa ia telah menghadiri acara Tabligh di seluruh Asia Tenggara.

“Saya mampu membelinya, dan saya pikir itu baik jika saya menghabiskan uang saya untuk agama,” tuturnya.

Di majelis Malaysia, El Matly tidur di aula salat utama, di mana barisan tikar diletakkan sekitar satu setengah kaki terpisah, katanya. Lainnya berlindung di tenda yang bisa menampung hingga 200 orang.

“Tidak ada pengumuman tentang perlindungan virus,” sambungnya. “Saya tidak akan pergi jika saya tahu ada virus di sana.”

Pertemuan Tabligh di Malaysia terjadi seiring negara itu terjebak dalam pertikaian politik antara blok reformis, multiras, dan faksi konservatif yang berusaha meningkatkan kekuatan Muslim Melayu. Pada hari terakhir pertemuan Tablighi, seorang perdana menteri baru telah dilantik, didukung oleh koalisi termasuk partai Islam yang telah berkampanye untuk mengubah Malaysia menjadi negara Islam.

Seiring para pejabat kesehatan Malaysia mencoba melacak penyebaran virus corona di wilayah tersebut, yang lain dalam badan-badan politik disibukkan oleh krisis kepemimpinan yang sedang berlangsung. Peserta Tablighi sakit, tetapi anggota pemerintah Malaysia yang baru fokus pada pengendalian kerusakan.

“Kemungkinan kematian akibat virus corona hanya 1 persen, sedangkan kemungkinan kematian setiap saat adalah 100 persen,” tulis Siti Zailah Mohd Yusoff, wakil menteri untuk pengembangan wanita dan keluarga, di Twitter.

Kementerian Kesehatan pada awalnya mengatakan bahwa 5.000 orang Malaysia telah menghadiri konferensi Tabligh tersebut. Beberapa hari kemudian, jumlahnya direvisi menjadi sekitar 14.500 orang Malaysia dan 1.500 orang asing.

Di antara para jemaah itu, ada ratusan Muslim Rohingya dari Myanmar, yang lolos dari penindasan di dalam negeri untuk hidup sebagai pekerja tidak berdokumen di Malaysia. Menemukan mereka terbukti sulit.

Baca juga: Indonesia Punya Tingkat Kematian COVID-19 Tertinggi, Mengapa?

Dengan jumlah kasus virus yang meningkat setelah pertemuan Tablighi, Malaysia pada Rabu (19/3) menutup perbatasannya untuk hampir semua pelancong hingga 31 Maret. Dengan pengecualian yang jarang, tidak ada orang Malaysia yang diizinkan meninggalkan negara itu dan tidak ada orang asing yang diizinkan masuk. Hanya bisnis penting yang bisa tetap terbuka. Masjid ditutup untuk salat Jumat.

Pada Kamis (20/3), Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan, 83 orang Malaysia yang telah pergi ke Indonesia untuk acara Tabligh di sana akan diizinkan untuk pulang dan akan diskrining untuk virus corona.

Para pengikut Tabligh telah mengalir ke Gowa, kota di mana pertemuan Indonesia seharusnya berlangsung, selama berhari-hari. Pembatalan tiba-tiba membuat banyak dari mereka terdampar.

Nurdin Abdullah, Gubernur Sulawesi Selatan, mengatakan bahwa semua orang asing yang telah berkumpul di Gowa akan diisolasi di sebuah hotel dan diantar ke bandara. Sementara itu, orang Indonesia masih menghabiskan waktu di tenda-tenda pada Kamis, membaca teks-teks agama dan mendiskusikan teologi dengan para akademisi.

“Tidak gegabah bagi kami untuk datang ke sini dan berkumpul dalam kelompok besar,” ujar Ilman Murgan, seorang petani, kepada The New York Times. “Penting bagi kami untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah.”

Pada Kamis, pertemuan agama lain, yang melibatkan umat Katolik, berlangsung di Pulau Flores. Sekitar 2.000 orang masuk ke dalam gereja untuk merayakan penahbisan uskup.

Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia telah terbang untuk bergabung dalam perayaan tersebut. Namun dia pergi setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Kamis pagi menyarankan agar, seperti pertemuan sosial besar lainnya, acara itu harus dibatalkan. Kardinal melanjutkan acara itu.

Hans Jeharut, seorang imam yang menghadiri tahbisan selama empat jam tersebut, mengatakan bahwa setidaknya 30 uskup berada di antara jemaat. Suhu peserta diperiksa dua kali. Tidak ada uskup di daerah itu selama lebih dari dua tahun, menurut Jeharut, dan membatalkan perayaan itu akan mengecewakan keuskupan.

“Euforia rakyat harus dipahami,” tuturnya, dilansir dari The New York Times. “Ya, ini adalah perayaan. Tetapi itu adalah perayaan iman.”

 

Penerjemah dan editor: Aziza Fanny Larasati

Keterangan foto utama: Ilustrasi tabligh akbar yang diikuti Muslim se-Asia di tengah corona. (Foto: Antara)

Jemaah Nekad Ibadah Massal: ‘Kami Tak Takut Corona’

BERLANGGANAN

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top